Sunday, November 30, 2008

GLORIAD, Global Ring Network for Advanced Applications Development


GLORIAD (Global Ring Network for Advanced Application Development) is a high-speed computer network used to connect scientific organizations in United States, China, Russia, the Netherlands, Korea, and Canada.

***

GLORIAD is sponsored by the US National Science Foundation, a consortium of science organizations and Ministries in Russia, the Chinese Academy of Sciences, the Ministry of Science and Technology of Korea, the Canadian CANARIE network, and the national research network in The Netherlands SURFnet.

GLORIAD provides bandwidth of up to 10 Gbit/s via OC-192 links, e.g. between KRLight in Korea and the Pacific NorthWest GigaPOP in the United States.

GLORIAD which built on a fiber-optic ring of networks around the northern hemisphere of the earth, providing scientists, educators and students with advanced networking tools that improve communications and data exchange, enabling active, daily collaboration on common problems.

With GLORIAD, the scientific community can move unprecedented volumes of valuable data effortlessly, stream video and communicate through quality audio- and video-conferencing.

This new era of cooperation will provide benefits not only to the S&E communities but to every citizen in the partner countries through:
  • New discoveries into the basic nature and structure of the universe through advanced network connections between high energy physicists and astronomers - and the expensive facilities GLORIAD makes it possible to share;
  • Support of the global community building the International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER), creating a technology which will someday provide a practically limitless supply of energy;
  • Advancing joint geological sciences related to seismic monitoring and earthquake prediction;
  • Enabling new joint telemedical applications and practices;
  • Increasing classroom to-to-classroom cooperation to accessible scientists and students in other countries through the 24/7 EduCultural Channel, the “Virtual Science Museum of China,” the Russia-developed “Simple Words ” global essay contest, and a special partnership with International Junior Achievement.

These are a small sample of the literally hundreds of active collaborations served by both the general and advanced network services provided by GLORIAD.




GLORIAD: Cooperation in Research and Education, America.gov
29 July 2008

"One thing for sure about GLORIAD, no matter how fast we move on increasing capacity and services on the network, the various science groups out there are moving faster. We're seeing many terabytes (1 trillion bytes) of data transferred each month and expect petabytes (1 quadrillion bytes) in the not-so-distant future. So it's a real challenge for us, but it's a good challenge".


sabaar, sabarr.. nanti kita juga bisa ikutan kok
If we're advanced enough that is

Wednesday, November 26, 2008

INDIKATOR, are we learning from the best?



Siapa saja bangsa-bangsa termakmur di dunia ? Bagaimana mereka menjadi yang paling kaya-raya?

PDB Per Kapita (Dollar AS, GDP, World Bank 2007)
1. Luksemburg
...........99,879
2. Norwegia ...............81,111
3. Islandia .................62,733
4. Irlandia .................58,399
5. Denmark ...............56,427
6. Swiss ....................55,035
7. Swedia .................48,584
8. Finlandia ..............46,515
9. Belanda ................46,041
10.Amerika ..............45,790

19. Singapura ...........35,160
20. Jepang ...............34,254
28. Korea Selatan .....19,983
99. Cina ....................2,485
108. Indonesia ...........1,918

PDB (Milyar Dollar AS)
1. Amerika ..............13,811
2. Jepang ..................4,376
3. Jerman .................3,297
4. China ....................3,280
5. Inggris ..................2,728
6. Perancis ................2,562
7. Italia .....................2,107
8. Spanyol .................1,429
9. Kanada ..................1,326
10. Brasil ..................1,314

13. Korea Selatan .........969
20. Indonesia ...............432
27. Denmark ................308
43. Singapura ...............161


FAKTA MENARIK

Luksemburg menjadi negara yang warganya paling makmur di dunia. PDB perkapitanya bahkan lebih dua kali lipat Amerika (US$ 99,879 berbanding US$ 45,790).

Warga Singapura, sama makmurnya dengan warga Jepang, lebih makmur dari warga Korea.

Irlandia dibahas secara khusus dalam buku The Next Global Stage, Kenichi Ohmae (yang baru aku baca lagi).

Denmark, adalah bangsa paling bahagia di dunia. 1. Warganya adalah yang paling makmur no.5 di dunia.

PDB Indonesia adalah no.20 terbesar di dunia. Lebih besar dari Denmark (27) dan Singapura (161).

KENAPA LUKSEMBURG ?
ADA APA DENGAN IRLANDIA ?
APA PERSAMAAN KEDUANYA DENGAN, SINGAPURA ?
BAGAIMANA KOREA, BISA MENGALAMI PERTUMBUHAN TERCEPAT DI DUNIA ?
BAGAIMANA DENGAN CHINA ?


Analysis, coming soon.

Lihat
Rahasia Jepang Mengalahkan Amerika
Keunggulan Korea Selatan

SEL PUNCA, Kemampuan Regeneratif Wolverine


Sel Punca, Stem Cell, Regeneration capability

WOLVERINE, adalah manusia super dari kelompok X-Men yang dikatakan memiliki kemampuan regeneratif super, "The Healing Factor". Artinya bila ada bagian badannya yang rusak, seperti tertembak, sel-sel tubuhnya bisa tumbuh secara akseleratif, dan dia bisa sembuh nyaris seketika.

Akankah manusia bisa mempunyai kemampuan seperti ini di masa depan?

Para ilmuwan dunia, sudah mempelajari dan menemukan kemungkinan-kemungkinannya. Sesuatu yang dinamakan Sel Punca, atau Stem Cell.

Pelajari dulu disini :

Stem Cell, Wikipedia
Regeneration, Wikipedia
Japan Times, "Wolverine mouse regenerates heart tissue"
Planarian Worm, sejenis cacing yang bisa nyaris meregenerasi seluruh tubuhnya (lebih dahsyat dari Wolverine).


Sel Punca atau Stem Cell, Definisi :

Sel Punca adalah sumber dari semua sel yang ada dalam tubuh manusia dan binatang. Sebuah sel paling dasar, yang dapat bereplikasi sendiri menjadi nyaris semua sel yang ada di makhluk hidup itu. Sel ini akan dapat dipakai untuk meregenerasi sel-sel yang rusak di tubuh manusia. Sel punca biasanya dapat diambil dari sel kulit dan sumsum tulang belakang.

Friday, November 21, 2008



Indonesia, Korsel, dan Visi 2030

Syamsul Hadi
Kompas, Kamis, 03 Mei 2007


Sebelum terlontarnya Visi 2030, sejarah pasca kemerdekaan Indonesia telah silih berganti diwarnai lontaran visi pembangunan. Setelah visi pembangunan Soekarno yang bombastis, pemerintahan Orde Baru hadir dengan visi pembangunan yang mengadopsi teori Big Push dari WW Rostow. Diproyeksikan, setelah melampaui lima tahap pembangunan lima tahun (Pelita), Indonesia akan mencapai kondisi "tinggal landas" (take off) pada akhir Pelita ke-5 atau tahun 1993.

Kondisi "tinggal landas" merujuk kesiapan suatu negara untuk "terbang lepas" menuju ke arah kesejajaran dengan negara-negara maju. Tahun 1997, empat tahun seusai dianggap telah "tinggal landas", ekonomi Indonesia "hancur" diterjang krisis Asia. Korea Selatan (Korsel), Malaysia, dan Thailand segera berbenah, bangkit, dan kini mereka kembali diperhitungkan dalam tataran regional dan internasional.

Indonesia dan Korsel

Sebagai negara paling lambat bangkit dari krisis Asia, keberanian untuk mencanangkan Visi 2030, yang memproyeksikan Indonesia masuk limabesar ekonomi termaju di dunia pada tahun 2030, terhitung "nekat". "Kenekatan" itu perlu diimbangi analisis dan skenario yang historis,kontekstual, dan bukan semata wishful thinking.

Keberhasilan Korsel untuk menjadi anggota OECD pada tahun 1996 merupakan pengakuan keberhasilan pembangunan negeri itu, yang mendudukkannya sejajar dengan negara-negara yang lebih dulu maju. Indonesia maupun Korsel sama-sama merdeka seusai Perang Dunia II. Memiliki kekayaan alam yang minim dibandingkan dengan Indonesia, infrastruktur ekonomi warisan Jepang di Korsel bahkan hancur akibat Perang Korea 1952-1954.

Mirip Indonesia, Korsel baru berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi sejak tahun 1960-an saat Jenderal Park Chung-hee duduk di tampuk kekuasaan. Para analis beraliran kulturalis melihat dua kunci keberhasilan pembangunan di Korsel.

Pertama, obsesi pemerintah dan masyarakat untuk selalu menjadi yang terdepan serta merasa tabu menjadi pecundang. Semboyan "beat Japan everywhere" menandakan semangat seluruh bangsa Korsel untuk mengalahkan Jepang sebagai bangsa dengan industri termaju di Asia.

Kedua, pemimpin dan rakyat Korsel umumnya adalah individu yangpragmatis, tidak terlalu dibebani bias ideologi. Pragmatisme yang menyertai penyusunan dan implementasi kebijakan mengarahkan seluruh sarana yang dimiliki untuk pencapaian visi dan tujuan pembangunan, dengan implementasi yang rasional dan terukur.

Dari sisi pandang strukturalis, Alice Amsden (1992) menggarisbawahi tiga kunci keberhasilan pembangunan Korsel, yaitu: (1) kepemimpinan politik atau negara/pemerintah yang kuat; (2) visi dan perencanaanp embangunan yang sistematis; dan (3) aneka kebijakan dan anggaran pembangunan yang reasonable.

Berbeda dengan teoritisi dan praktisi pembangunan Indonesia yang amatpercaya pada mekanisme pasar (market mechanism), pemerintah dan intelektual di Korsel menyadari, menyerahkan arah pembangunan pada mekanisme pasar adalah menggelikan jika negeri itu berambisi mengejar kemajuan negara-negara lain yang lebih dulu maju.

Variabel kepemimpinan

Peran negara (state) merupakan hal yang tak tergantikan. Hanya negaralah yang mempunyai legitimasi, sistem organisasi dan daya paksa untuk mengarahkan sektor publik, korporasi, dan masyarakat untukbergerak menuju target pembangunan yang telah digariskan. 1

Dalam melakukan percepatan pembangunan, negara membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar kuat, visioner, dan capable. Ini lebih-lebih berlaku dalam masyarakat Asia yang cenderung paternalistik. Variabel kepemimpinan menjadi penting guna mewujudkan apa yang disebut Linda Weiss (1998) sebagai tranformative capacity, yaitu kemampuan untuk melakukan transformasi struktural yang dibutuhkan sebagai langkah maju sekaligus adaptif menghadapi dinamika domestik dan internasional.

Kepemimpinan yang kuat dan transformatif juga diperlukan guna membendung berbagai tekanan kelompok kepentingan dan clientelistic groups—dari dalam dan luar negeri—yang hendak membelokkan arah pembangunan menjauh dari tujuan esensial yang akan dicapai. Ini terkait dengan jaminan, "... (the) state agencies will pursue projects broader then the interests of any particular groups" (Weiss, 1998: 50).

Dengan demikian, agar Visi 2030 tidak berhenti sebatas mimpi, yang dibutuhkan bukan hanya kepemimpinan yang pintar berwacana dan berkemampuan seremonial tinggi. Diperlukan kepemimpinan dengan kecerdasan, kecermatan, dan determinasi yang tahan uji, selain memiliki "napas panjang" (endurance) yang dibutuhkan untuk mengontrol, mempercepat, dan mengarahkan pembangunan menuju pencapaian visi yang telah digariskan.

Pertanyaannya, punyakah kita kepemimpinan semacam itu?

Krisis Ekonomi Global

Dunia sudah memasuki krisis ekonomi global. Puluhan juta orang akan kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia.

Apa yang akan dilakukan presiden Amerika Barack Obama untuk mengatasi krisis ini?

Amerika dan dunia sudah seringkali mengalami krisis-krisis besar. Ini akan menjadi saat-saat yang berat. Tapi krisis, yang seberat apapun, ternyata selalu bisa diatasi.

Dan ini justru menjadi kesempatan besar buat kita semua, kesempatan besar untuk bangsa Indonesia, bagaimana membuat bangsa ini jauh lebih baik, jauh lebih kuat, efektif, dan lebih kompetitif di masa depan.

Selamat berjuang Indonesia!

Baca juga ini :
New York Times, "The New Deal Didn’t Always Work, Either".
Associated Press, "Obama aide promotes job plan"


Note :
Perhatikan pesan program ekonomi Obama ini. Simpel, bisa disampaikan dalam 2 menit, tajam, efektif, masuk akal, dan menimbulkan optimisme serta kepercayaan.