Thursday, August 27, 2009

Deddy Mizwar, Kenapa Kita Mencintai Indonesia


Deddy Mizwar, Nasionalisme Naga Bonar



”...Dan (bagaimana) caranya menyuburkan Nasionalisme itu? Jalannya menghidupkannya ? Jalannya adalah tiga :
Pertama, kami menunjukkan kepada rakyat, bahwa ia punya hari dulu, adalah hari dulu yang indah.
Kedua, kami menambah keinsyafan rakyat, bahwa ia punya hari sekarang, hari sekarang yang gelap.
Ketiga, kami memperlihatkan kepada rakyat sinarnya hari kemudian yang berseri-seri dan terang cuaca, beserta cara-caranya mendatangkan hari kemudian yang penuh dengan janji-janji itu!

Sukarno, Bapak Bangsa Indonesia
”Indonesia Menggugat”, Membangkitkan Nasionalisme, 1929.



Kenapa Kita Mencintai Indonesia?


Bayangkan bagaimana Sukarno,
Hatta, Syahrir, Agus Salim, yang begitu dahsyat kekuatannya, sehingga mampu mempersatukan seluruh Indonesia, menciptakan salahsatu bangsa terbesar di dunia, sekaligus menjatuhkan kekuatan bangsa-bangsa imperialis terkuat di dunia.

Sukarno membuat pembelaannya yang spektakuler, Indonesia Menggugat, saat usianya baru 29 tahun (1930). Mohammad Hatta sudah menjadi ketua "Perhimpunan Indonesia" di Belanda waktu umurnya masih 23 tahun (1925).

Indonesia, sekarang adalah bangsa ke-4 terbesar di seluruh dunia, setelah China, India, dan Amerika. Kita jauh lebih besar dari Belanda dan Jepang yang pernah menjajah kita. Dan kalau anda perhatikan, Indonesia jelas lebih kompleks dari semua bangsa itu, sukunya sangat beragam, bahasanya pun berbeda-beda. Darimana datangnya kekuatan raksasa itu?

Jenderal Sudirman, di tahun 1945 itu umurnya baru 30 tahun. Dia mungkin adalah salahsatu pemimpin perang termuda dan terbesar di dunia setara Alexander the Great dan Napoleon. Salahsatu kemenangannya yang gemilang adalah di Ambarawa saat pasukannya berhasil mengusir militer Inggris dari kota itu. Dan Inggris, saat itu adalah bangsa imperialis terbesar di dunia.

Bahkan hanya dengan satu paru-parunya yang berfungsi, dan harus ditandu keluar masuk hutan, naik turun gunung, Jenderal Sudirman mampu membawa kemenangan besar bagi pasukan Indonesia atas tentara imperialis Sekutu yang memiliki sistem persenjataan super modern.

Ini menjadi lebih spektakuler lagi karena Sudirman sebelumnya hanya seorang guru di Muhammadiyah, padahal Inggris dipimpin oleh Jenderal-jenderal yang sangat berpengalaman dalam peperangan di seluruh dunia selama ratusan tahun. Tapi Sudirman dan pasukannya yang berani mati mampu menghancurkan mereka semua, dan mendorong lahirnya sebuah bangsa raksasa.

Bung Tomo, saat perang besar Surabaya 10 November, umurnya baru 25 tahun. Perlawanan arek-arek Surabaya begitu dahsyatnya, sehingga Belanda yang didukung Inggris (yang pernah menguasai seluruh dunia) di peperangan raksasa itulah mulai ragu untuk bisa kembali menguasai tanah Indonesia.

Kenapa kekuatan mereka begitu hebatnya? Kenapa mereka sampai mau mengorbankan darah dan nyawanya demi bangsa dan negara? Kenapa keberanian mereka begitu hebatnya, seakan-akan tidak takut mati, sampai para tentara-tentara paling terlatih di dunia dan berpersenjataan modern bisa bergetar ketakutan?

Dari mana kekuatan itu datangnya? Kenapa jiwa besar yang begitu hebat itu sekarang bisa nyaris hilang?


Kekuatan Raksasa Nasionalisme



”Oleh karena rasa kebangsaanlah, maka bangsa-bangsa yang terbelakang lekas mencapai peradaban, kebesaran dan kekuasaan. Rasa kebangsaanlah yang menjadi darah yang mengalir dalam urat-urat bangsa-bangsa yang kuat, dan rasa kebangsaanlah yang memberi hidup kepada tiap-tiap manusia yang hidup.”
Sukarno, mengutip Mustafa Kamil (tokoh pejuang Mesir), Indonesia Menggugat.


Jiwa Nasionalisme-lah yang membuat sebuah bangsa mau berjuang sedemikian hebatnya. Cinta pada bangsa, adalah kekuatan besar yang membuat ratusan juta rakyat bangkit, dan berjuang menjadikan bangsanya besar dan terhormat di mata dunia. Patriotisme membuat kita berkorban demi bangsa. Kita akan berkorban apapun, karena cinta yang besar itu.

Kalau kita ingin bangsa ini kembali kuat dan mampu bangkit menjadi besar, maka Nasionalisme, rasa cinta pada bangsa harus ditumbuhkan besar-besaran.

Tapi darimana cinta itu datang? Cinta pada Indonesia. Nasionalisme. Patriotisme. Bagaimana kekuatan besar itu, bisa dibangkitkan lagi?

Ini adalah zaman yang berbeda dengan zaman Indonesia dulu. Bahkan Naga Bonar (Naga Bonar Jadi 2) dalam filmnya mempertanyakannya pada Bonaga, anaknya. ” Mengapa aku masih hidup di zamanmu. Zaman yang tidak kumengerti tapi berusaha kupahami karena aku sangat mencintaimu”, kata Naga Bonar.

Ini adalah zaman, dimana kadang kita sulit menemukan arti mencintai bangsa ini. Kita bahkan sulit mencintai para pejuang veteran yang sudah memberikan bangsa ini kemerdekaannya. Mereka, para pembela kemerdekaan itu, yang sekarang sudah berusia lanjut, banyak yang hidup terlunta-lunta, tanpa penghasilan yang jelas, tanpa penghargaan, dan seringkali tanpa teman. Sesuatu yang pastinya akan membuat seorang Deddy Mizwar terharu dan sedih.

Tapi tentu kita tidak akan bersedih-sedih. Kita adalah bangsa yang penuh semangat. Bangsa ini masih banyak kekurangannya, tapi kelebihannya pun juga sudah makin banyak.

Kemajuan terjadi di segala bidang. Potensinya makin besar. Bahkan Lembaga keuangan terkemuka Morgan Stanley pun sudah berani menyatakan Indonesia bisa segera menjadi salahsatu anggota BRIC, Brazil, Rusia, India, dan China (source: Bloomberg, Chinadaily, Juli 2009). Kita tidak akan menangisi zaman ini, kita akan membangkitkannya dengan semangat baru nasionalisme yang tinggi.

Dan, orang-orang yang berjuang demi bangsa ini juga terus bertambah banyak. Para patriot dan pejuang abad 21 yang akan melakukan apapun, demi kebesaran nama bangsa ini. Dan salahsatunya yang paling berpengaruh, tentu saja adalah bang Deddy Mizwar. Beliaulah diantara sedikit orang yang mampu menjaga jiwa yang sangat penting itu, jiwa nasionalisme kita.


Nasionalisme Yang Paling Sukses



Prestasi seorang Deddy Mizwar memang benar-benar spektakuler. Benar-benar sebuah contoh, orang baik, yang sangat sukses. Dikenal sebagai aktor besar, sukses secara kualitas maupun komersial, banyak mengumpulkan penghargaan dan pujian, taat beribadah, dan mampu menjadi inspirasi bagi jutaan orang Indonesia, bahkan sering jadi bintang iklan.

Ia telah membintangi 75 judul film, 150 judul sinetron, dan berpuluh-puluh penghargaan bermacam-macam jenisnya. Ia juga bahkan sudah menjadi Tokoh Perubahan (Republika 2007) dan Tokoh Budaya (Harian Sindo 2008), dan "Lifetime Achievement Award" dari MTV.

Film Naga Bonar yang dibintanginya adalah sesuatu yang istimewa bagi bangsa ini. Hiburan yang berkualitas tinggi, ringan dan menyenangkan, penuh humor yang membuat kita tertawa, tapi sekaligus menyentuh, sarat dengan makna dan inspirasi. Bersama Naga Bonar inilah, kita diingatkan kembali akan nasionalsime kita. Kecintaan kita pada tanah air kita.

Dan yang lebih istimewa lagi, film ini disukai banyak orang dan laris manis, ditonton lebih dari 2,5 juta orang! Kita lihat bahwa sebenarnya bangsa ini begitu rindu dengan nilai-nilai nasionalisme yang dulu membuat bangsa ini besar dan dihormati.

Anda mungkin sudah menonton ”Naga Bonar Jadi 2”. Anda juga pastinya masih ingat adegan yang sangat menyentuh antara Naga Bonar dengan patung sang Jenderal Sudirman. Dalam Naga Bonar dan Naga Bonar jadi 2, kita diingatkan betapa besarnya jasa para pejuang kita dulu. Betapa mereka mengorbankan jiwa dan raganya (termasuk Kopral Bujang), demi kemerdekaan kita.

Apalagi perjuangan seorang pemimpin besar seperti Jenderal Sudirman. Waktu Naga Bonar jalan-jalan di Jakarta naik Bajaj, sampailah ia di Patung Jendral Sudirman. Ketika Naga Bonar melihat patung Sudirman memberi hormat ke jalan raya yang hanya dilalui mobil-mobil roda empat, Naga Bonar jadi trenyuh. Hatinya sakit. Kenapa Jenderal?

Kenapa seorang Jenderal Besar seperti Sudirman memberi hormat ke mereka? Dan kenapa bukan mereka, yang memberi hormat kepada Sudirman, yang sudah mati-matian memerdekakan Indonesia? Kita ikut menangis karena Deddy Mizwar menangis, bukan hanya Naga Bonar. Kita mempercayainya karena itu bukan akting, melainkan juga suara hatinya sendiri.

Ada banyak pelajaran dari adegan ini saja. Bahwa kita memang hampir melupakan pengorbanan besar para pahlawan kita. Nyaris tidak ada lagi yang ingat apa itu perjuangan ’45, dan Semangat ’45. Dan bahwa kita sekarang seringkali lebih menghargai dan menghormati materi dibanding apapun, bahkan nasionalisme kita sendiri, para pahlawan kita sendiri. Tapi untunglah, masih ada Naga Bonar.


Siapa, Yang Membuat Kita mencintai Indonesia?


Siapa di bangsa ini yang api nasionalismenya masih bisa membakar hati kita, menggetarkan seluruh relung-relung kalbu ke-Indonesiaan, yang ada jauh dalam lubuk hati kita. Tidak banyak. Hanya ada beberapa, dan salahsatunya yang terbesar adalah Deddy Mizwar.

Dan beruntunglah kita bangsa Indonesia, karena beliau mampu memberi inspirasi itu pada banyak orang Indonesia sekaligus, beribu-ribu, bahkan jutaan orang. Beruntunglah kita, karena tanpanya, dan tanpa karya-karya monumentalnya yang abadi, rasa ke-Indonesiaan kita mungkin sudah makin melemah jiwanya.

Tapi dengan Naga Bonar, bahkan anak-anak muda yang tidak pernah mengalami masa perjuangan kemerdekaan Indonesia pun ikut mulai mengerti. Bangsa ini didirikan dengan pengorbanan darah dan nyawa, dengan jiwa kepahlawanan yang sangat heroik. Dan sekarang banyak generasi muda Indonesia yang seperti ikut merasakannya.

Naga Bonar, menjadi sangat berpengaruh karena sukses dalam banyak hal. Naga Bonar memakai media yang populer, film. Seperti halnya buku, film bisa menyentuh banyak orang sekaligus. Naga Bonar memakai bahasa cerita yang ringan dan populer. Ini membuatnya bisa diterima banyak orang, dari semua kalangan, terutama anak-anak muda yang membutuhkannya.

Dan cerita Naga Bonar walaupun ringan berasal dari refleksi dan kontemplasi yang dalam. Kontemplasi yang lalu menghasilkan inspirasi, yang lalu bisa menyentuh hati banyak orang.

Dan dengan itu, Naga Bonar, dan Deddy Mizwar berhasil secara strategis menanamkan kembali jiwa nasionalisme Indonesia.


Keteduhan Agama, Kedamaian Hati


Dan tidak hanya cukup satu. Tidak hanya nasionalisme, Deddy Mizwar juga menjadi penjaga hati kita, spritualitas kita. Beliau mengingatkan kita betapa nikmatnya mengaji dan melantunkan ayat-ayat Qur’an di masjid pada sore hari. Sinetron-sinetronnya yang Islami, tidak hanya bermutu, tapi juga yang sangat penting, disukai banyak orang.

Di sini beliau juga menjadi seorang pejuang yang visioner. Dia melihat Indonesia perlu sebuah tontonan yang baik, sesuatu yang menghibur tapi juga memberikan tuntunan yang menyejukkan. Tapi pada awalnya para decision maker di industri televisi tentu sulit menerima bahwa sinetron Islami bisa layak tayang, artinya bisa dijual.

Tapi dengan keteguhan yang tinggi, dengan keyakinan dan visi yang baik, beliau sukses meyakinkan bahwa sinetron Islami bisa disukai masyarakat. Dan visinya terbukti. Dan lahirlah hikayat Pengembara, Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat, dan sekarang, Para Pencari Tuhan.

Beruntunglah beliau, karena sebagai orang yang berpengaruh, beliau pernah merasakan nikmatnya masjid sejak kecilnya. Beliau tumbuh di lingkungan Betawi yang agamis. Sore-sore hari yang tenang, adalah waktunya ngaji di masjid. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an bersama-sama teman-temannya adalah sesuatu yang membuat hati jadi teduh dan penuh kedamaian.


”Ternyata kerja dalam film keagamaan itu lebih menyenangkan. Lebih tenang dan tidak fokus ke duit melulu.
Kalau kita berbuat baik, duit akan datang sendiri”.


Keistimewaan Deddy Mizwar, baik dalam menularkan semangat nasionalisme dan agama, adalah mampu menyampaikan sesuatu yang penting dengan ringan dan sederhana, tapi tetap memiliki bobot, memiliki arti yang dalam. Kita membagi ilmu, tidak perlu dengan menggurui, jangan pernah seperti orang sempurna yang tidak pernah salah. Semangatnya adalah saling berbagi kebaikan kepada sesama manusia. Dan Deddy Mizwar seperti orang-orang genius yang mampu menerangkan hal-hal paling kompleks dengan sangat ringan.

Seperti Sukarno yang bila menerangkan tentang nasionalisme, maka semua orang dari atas sampai rakyat bawah bisa memahaminya, dan tersentuh. Seperti Einstein saat menerangkan Relativitasnya. Hanya orang-orang yang paling istimewa yang dianugerahi Tuhan kemampuan seperti itu.


Nasionalisme Masa Depan




Bangkit itu, Susah …
Susah melihat orang lain susah, Senang melihat orang lain senang

Bangkit itu Takut …
Takut untuk korupsi, Takut makan yang bukan haknya


Bangkit itu Mencuri …
Mencuri perhatian dunia, dengan prestasi ..


Dengan segala prestasi yang telah diraihnya, apa lagi yang kurang bagi seorang Deddy Mizwar? Mungkin satu lagi, dan yang paling besar. Dia ingin melihat bangsanya bangkit. Seperti kita semua ingin melihat Indonesia bangkit kembali.

Dan untuk bangkit, kita hanya perlu mengingat kembali. Mengingat bahwa kita adalah bangsa besar, Bangsa Pejuang.

Para Bapak bangsa kita, adalah para pemimpin-pemimpin terbesar di dunia. Tidak banyak ada bangsa, sepanjang sejarah dunia yang sebesar Republik Indonesia.

Karena kehebatannya mempersatukan seluruh Indonesia, Sukarno di Amerika disebut sebagai Washington dan Jefferson-nya Indonesia. Sukarno tidak disamakan dengan satu pemimpin besar Amerika, tapi dua sekaligus. Mohammad Hatta di Jepang pernah disebut sebagai "Gandhi of Java", dan menjadi tokoh yang sangat dikagumi integritasnya.

Para pejuang kita dulu, adalah manusia-manusia pemberani yang daya juangnya begitu hebat. Sedemikian hebatnya, sehingga mampu membentuk salahsatu bangsa terbesar dalam sejarah dunia. Mereka, dengan gagah berani mampu mengusir tentara-tentara terkuat dari bangsa-bangsa terkuat di dunia. Kita adalah bangsa pejuang yang tidak takut mati, bangsa yang akan berjuang habis-habisan demi kebesaran nama bangsanya.

Dan kita adalah bangsa yang punya masa depan yang cerah. Pada Juli 2009 kemarin, Indonesia diundang ikut dalam salahsatu pertemuan paling eksklusif delapan bangsa-bangsa industri terkuat di dunia, G8. Indonesia juga masuk ke dalam G20, bangsa-bangsa dengan ekonomi terbesar yang total outputnya mencapai 85% ekonomi dunia.

Di masa krisis global saat ini, hanya ada 3 bangsa di seluruh dunia yang pertumbuhan ekonominya positif, dan diatas 4%, China, India, dan Indonesia. Bahkan Amerika dan Jepang pun ekonominya tumbuh minus.

Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, bahkan masuk dalam 100 Tokoh wanita paling berpengaruh di seluruh dunia dari majalah Forbes, dan perannya dalam menstabilkan ekonomi Indonesia dipuji-puji oleh dunia (Newsweek, Januari 2009, ”As Good As It Gets”).

Juni 2009, Morgan Stanley, lembaga keuangan bergengsi dunia menyatakan bahwa Indonesia sudah pantas untuk masuk sejajar dengan BRIC, Brazil, Rusia, China, dan India, bangsa-bangsa berkembang yang potensial menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Ini terutama karena Indonesia telah mempunyai politik dan demokrasi yang stabil. Demokrasi ini sangat penting, karena memungkinkan kekuatan-kekuatan positif dan kreatif di sebuah bangsa bangkit dengan kecepatan tertinggi.

Kata Morgan Stanley, yang membuat Indonesia agak sedikit tertinggal dari bangsa-bangsa BRIC yang lama, adalah kualitas pendidikannya yang sedikit tertinggal. Tapi mungkin mereka perlu melihat prestasi Prof Yohanes Surya. Baca disini, Yohanes Surya, Menuju Indonesia Genius.

Kita juga begitu beruntung karena punya banyak contoh teladan yang unggul. Orang-orang yang benar-benar mencintai dan berjuang sekuat tenaga demi kemajuan bangsa ini. Yang kita perlu lakukan hanya belajar dari mereka, belajar dari yang terbaik. Kita belajar dari Sukarno, Hatta, Sudirman, Bung Tomo, dan Deddy Mizwar, sang Naga Bonar yang penuh inspirasi.

Bila kita sudah mampu membangun jutaan manusia-manusia yang unggul, cerdas, dan memiliki kecintaan yang tinggi pada bangsanya, maka kita akan siap untuk bangkit, siap untuk kembali menjadi bangsa yang kuat dan besar.



Tuesday, August 25, 2009

Trailer Baru Avatar (James Cameron 2009)



Trailer Baru film Avatar
, film yang nantinya akan menggunakan teknologi 3D tercanggih yang revolusioner dalam pemutarannya di bioskop-bioskop. Film ini adalah karya James Cameron, sutradara yang selalu memakai teknologi-teknologi cutting edge dalam setiap film-filmnya. Film-film terbesarnya adalah Titanic, Terminator 1 dan 2, dan Aliens.

Film ini akan tayang 18 Desember 2009.

Monday, August 24, 2009

Stefano Chiesa Suryanto, Anak 12 Tahun yang mendapat Medali Kehormatan Presiden Satyalancana Wira Karya



Nama : Stefano Chiesa Suryanto
Umur : 12 tahun (5 Desember 1996).
IQ : 145.
Total Prestasi : 70 tropi dan penghargaan dalam bidang matematika, termasuk Penghargaan Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, 2009.


Prestasi pertama : Juara I lomba matematika Universitas Tarumanegara, waktu kelas 3 SD.
Prestasi terbaik : Peraih emas termuda “12th Primary Mathematics World Contest 2008” di Hong Kong 2008.

Medali Emas Individual "Po Leung Kuk Primary Mathematics World Contest" (PMWC) 2008 di Hongkong.
1st Runner-Up "Po Leung Kuk Primary Mathematics World Contest" (PMWC) 2008 di Hongkong.
The Best Overall Performance "Po Leung Kuk Primary Mathematics World Contest" (PMWC) 2008 di Hongkong.
Medali Emas "Asia Pacific Mathematics Olympiad for Primary School" (APMOPS) 2008 di Singapura.
Platinum Award "Asia Pacific Mathematics Olympiad for Primary School" (APMOPS) 2008 di Jakarta.
Medali Emas dan Perfect Score "Singapore and ASEAN Schools Math Olympiad" (SASMO) 2008 di Singapura.
Medali Emas dan 'Best of The Best'Trophy "World Sakamoto Mathematics Championship" (WOSAMAC) 2008.
Medali Emas "IMSO" 2007 di Jakarta
The Best Teory Trophy dalam "IMSO" 2007 di Jakarta
Medali Perunggu "Hongkong Elementary Mathematics International Contest" (HEMIC) 2007
Medali Perunggu "World Mathematics Contest 2007" di Bangkok, Thailand.
Juara "Kompetisi Matematika Nalaria Realistik se-Indonesia" 2007
Juara "Sanmar Creative Math Competition" 2006 & 2007
Juara "Kompetisi Matematika Terbuka" 2005 & 2006
Rekor MURI Usia Termuda (masih di kelas 5 SD)Peraih Medali Emas Matematika dan Trophy 'The Best Theory' di IMSO 2007
Medali Perak "Thailand Elementary Mathematics International Contest" (TEMIC) 2008 di Thailand
Medali Emas Beregu "Thailand Elementary Mathematics International Contest" (TEMIC) 2008 di Thailand.
Medali Emas "IMSO" 2008 di Mataram, Lombok
The Best Exploration Trophy dalam "IMSO" 2008 di Mataram, Lombok.
Medali Perak "Kompetisi Matematika Pasiad se-Indonesia IV" 2008
Rekor MURI Peraih Medali Emas dan Trophy 2 Tahun berturut - turut di IMSO: tahun 2007 Medali Emas dan Trophy The Best Theory, tahun 2008 Medali Emas dan Trophy The Best Exploration.
Medali Emas dan Peraih Nilai Tertinggi "Kompetisi Matematika Nalaria Realistik se-Indonesia" 2009.
Medali Perak "Kompetisi Matematika Pasiad se-Indonesia V" 2009
Piagam Penghargaan Peraih Medali Emas Satyalancana Wira Karya, oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, pada Puncak Perayaan Hardiknas di Sasana Budaya Ganesha (SABUGA), ITB Bandung 26 Mei 2009
Medali Perunggu Individual Contest on "DURBAN WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITON" (IWYMIC) 2009 di
South Africa.
Medali Perunggu Team Contest on "DURBAN WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITON" (IWYMIC) 2009 di
South Africa.
Medali Perunggu Group Contest on "DURBAN WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITON" (IWYMIC) 2009 di
South Africa.
Gold Medal Suken Mathematics Certification Institute of Japan.



Hobi : Senang membaca buku tentang orang-orang besar dan sukses, Einstein, Newton, Bill Gates, Henry Ford, Thomas Alva Edison, dll. Main komputer. Nonton kartun Jepang (weekend). Main bulutangkis dan sepakbola.
Kursus Matematika : Kumon dan Sakamoto.
Kenapa senang matematika ? : Karena matematika itu adalah permainan angka yang seru untuk dipecahkan. Matematika = permainan.



Baca juga
Kompas.com, Matematika? Kecilll...

Friday, August 21, 2009

Yohanes Surya : Menuju Indonesia Genius


Prof. Yohanes Surya Ph.D

“If I have been able to see further,
it was only because I stood on the shoulders of Giants”.
Isaac Newton (1643-1727)


Apakah anak-anak Indonesia
setara kecerdasannya dengan anak-anak bangsa-bangsa maju di dunia? Kalau anda melihat deretan prestasi Prof. Yohanes Surya dan anak-anak asuhannya, jawabannya adalah, tidak. Samasekali tidak.

Anak-anak Indonesia lebih unggul, lebih cerdas, lebih genius dibanding anak-anak dari bangsa-bangsa lainnya, termasuk dari bangsa-bangsa maju!

Di bawah bimbingannya, anak-anak Indonesia berkali-kali merebut gelar juara berbagai olimpiade fisika dan sains dunia yang sangat bergengsi. Mereka bahkan mengalahkan anak-anak dari China, Amerika, Jerman, Inggris, India, Korea Selatan, Australia, dan Israel. Bangsa-bangsa itu yang masih mengira Indonesia adalah bangsa yang terbelakang akan terkejut karena Indonesia tidak hanya setara dengan mereka, tapi bahkan telah melampaui mereka.

Prof Yohanes Surya dan para anak didiknya yang istimewa, cerdas dan pantang menyerah, benar-benar membuat harum nama Indonesia di dunia.

Tiga tahun yang lalu, 2006, Republik Indonesia berhasil secara spektakuler merebut juara dunia Olimpiade Fisika Internasional ke 37 di Singapura, ”37th International Physics Olympiad”. Inilah Olimpiade Fisika terbesar sepanjang sejarah, diikuti para siswa paling cerdas dari 85 negara, dan kita berhasil menjuarainya!

Kita berhasil merebut total 4 Emas, dan 1 Perak, bahkan Jepang saja hanya dapat 3 Perunggu! Ini membuktikan bahwa anak-anak Indonesia tidak sejajar dengan anak-anak cerdas lain di dunia, kita adalah juara, pemenang, nomor 1, lebih hebat dari semua lainnya.

Dan baru-baru ini, April 2009, Indonesia berhasil lagi menjadi Juara Umum di International Conference of Young Scientists (ICYS) di Polandia, mengalahkan pelajar dari negara-negara maju seperti Jerman, Belanda, Amerika, dan Rusia! Total 6 Emas direbut anak-anak Indonesia dari berbagai bidang ilmu, sementara peserta-peserta dari negara maju hanya mampu dapat paling banyak 3 emas.

Tim IPhO 37, 2006, Singapura


Di Singapura 2006, seorang anak Indonesia asuhan Yohanes Surya berhasil menjadi ”The Absolute Winner”, juara dunia IPhO, yang terbaik mengalahkan 386 anak-anak paling cerdas di negaranya masing-masing. Saat itu, tidak ada yang menyangka Indonesia bisa mendapat medali apapun.

Tapi bukan hanya mendapat medali, anak-anak Indonesia justru mendominasi olimpiade sains bergengsi itu, dan merebut emas paling banyak. Benar-benar surprise yang spektakuler. Sang pemenang besar itu adalah Jonathan Mailoa, anak genius yang sekarang telah belajar di MIT, Massachusetts Institute of Technology.

Dan tidak itu saja. Yang juga mengejutkan adalah peserta termuda genius yang berhasil merebut medali perak. Dia masih kecil, baru SMP, dan kemenangannya membuat seluruh penonton dan perwakilan dari seluruh dunia tertegun dan takjub. Nama anak itu adalah Muhammad Firmansyah Kasim. Para wakil peserta terheran-heran, bagaimana anak sekecil ini bisa memecahkan persoalan fisika yang begitu kompleks, setara S-2 dan bahkan menjadi salahsatu juara? Firman memang bukan anak kecil biasa.

Tahn 2007, Firman kembali mencapai prestasi yang bahkan lebih spektakuler. Ia berhasil merebut emas di kejuaraan dunia “8th Asian Physics Olympiad (APhO)” di, Shanghai, China. Mengalahkan anak-anak terbaik China, di China, adalah sebuah prestasi yang heroik.

Saat itu dia masih kelas 1 SMA (SMA Athirah Makasar), sementara pesaing-pesaingnya, anak-anak terbaik dari seluruh dunia, terutama dari China (yang berpenduduk 1,3 milyar), kebanyakan sudah kelas tiga. Dari 5 anak yang berhasil merebut emas, 4 dari China, dan hanya satu yang dari luar China, yaitu dari Indonesia, Muhammad Firmansyah Kasim, dan dia pun bahkan adalah peserta paling muda.

Banyak juga anak-anak genius Indonesia justru datang dari daerah yang seringkali kita anggap sebagai daerah tertinggal, Papua. Ternyata dalam melahirkan manusia-manusia genius, mereka samasekali tidak tertinggal. Bahkan disana banyak anak-anak yang kecerdasannya tidak akan tertandingi oleh kebanyakan anak-anak paling cerdas di daerah-daerah lainnya.

Anak-anak genius itu adalah George Saa, Anike Bowaire, Andrey Awoitauw, Rudolf Surya Bonay, Jane Ansanay, Zacharias Viktor Kareth, dan masih banyak lainnya.


Brilliant Minds, dari Papua


George Saa, adalah pemenang “First Step to Nobel Prize in Physics” 2004, dan hanya anak-anak paling cerdas di seluruh dunia, para genius muda calon-calon peraih Nobel yang mampu meraihnya.

Hasil penelitiannya yang berjudul “Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor” mengalahkan ratusan karya terbaik yang dikirim peserta-peserta dari 73 negara di dunia. Setiap karya yang masuk akan dinilai 30 ahli-ahli fisika dari 25 negara. Dan juri memutuskan pemenangnya adalah George Saa, dari Indonesia.

Hebatnya, George (Oge) bisa mempunyai pemikiran yang sejauh itu dari Papua. Kita tahu disana fasilitasnya, buku-buku, alat-alat laboratorium, apalagi internet, semua begitu terbatas. Bahkan Oge kadang juga terpaksa tidak bersekolah karena tak punya ongkos, atau harus membantu ayahnya di ladang. Sesuatu yang tentu saja akan membuatnya menangis berjam-jam. Belum lagi buku yang seringkali tidak bisa terbeli.

Ada satu hal yang heroik yang bisa kita pelajari dari sini, bahkan oleh tokoh-tokoh besar dan pejabat di Jakarta. Kalau kemauan kita cukup kuat, tidak akan ada lagi yang tidak mungkin. Tidak akan ada apapun yang bisa menghalangi seseorang dengan kemauan yang cukup besar.

Dan uang, adalah masalah omong kosong. Kalau anda membaca buku di perpustakaan, gratis tanpa biaya, dan anda membacanya seperti orang gila dari pagi sampai malam, tidak akan ada yang bisa mengalahkan anda, bahkan di seluruh dunia.


"Uang bukan segala-galanya untuk maju.
Selalu ada jalan untuk menimba ilmu."
George Saa


Dan George beruntung karena akhirnya dia mendapat bimbingan dari seorang profesor terbaik di Indonesia, Prof. Yohanes Surya. Dengan bimbingan yang unggul, terbukti setiap anak Indonesia, semuanya, bisa jadi yang terunggul.

Di tahun 2005, gadis cilik Anike Bowaire dari SMU Negeri 1 Serui Papua gantian meraih “The First Step to Nobel Prize in Physics” di Warsawa, Polandia. Makalahnya yang berjudul berjudul “Chaos in an Accelerated Rotating Horizontal Spring” dianggap sangat kreatif dan original.

Seorang anak SMU yang mengenal Teori Chaos (keteraturan dalam chaos) sebenarnya nyaris adalah sebuah keajaiban. Tapi seorang anak SMU yang bisa menciptakan teori sendiri tentang Chaos, adalah sesuatu yang nyaris mustahil. Tapi itulah keajaiban besar yang datang dari Papua. Anike sudah membuat harum nama Indonesia, padahal umurnya pun belum 20 tahun.

Karena senangnya belajar, Anike bisa membaca dan belajar dari pagi buta sampai tengah malam. Orang-orang mungkin akan bertanya, ”kenapa?”. Jawabannya sederhana. Karena ia senang dengan fisika, dan dunia fisika. Baginya, fisika adalah keajaiban.

Setiap benda-benda dan pergerakan segala sesuatu di alam semesta, dari quark sampai galaksi, adalah keajaiban, teka-teki dari Tuhan Yang Maha Baik. Setiap fenomenanya, dari cahaya, gravitasi, sampai Lubang Hitam di pusat tata-surya adalah tantangan yang seru untuk dipecahkan. Teka-teki yang kadang-kadang bisa dipecahkan dengan jawaban yang kreatif dan paling sederhana.

“Kesenangan yang lain adalah setelah saya dapat emas, kawan-kawan di Papua yang sebelumnya selalu tertawa melihat saya setiap sore ikut les bahasa Inggris kini mulai rajin belajar.”
Anike Bowaire, 20 tahun, keteladanan.

Banyak lagi anak-anak Papua yang memiliki prestasi spektakuler. Rudolf Surya Bonay (20 tahun, lahir 7 Desember 1988), adalah pemenang “The First Step to Nobel Prize in Chemistry” di tahun 2006. Andrey Awoitauw mendapat medali emas Olimpiade Sains Nasional (2005) mengalahkan Ivan Kristanto, juara dunia dari Jakarta. Ada juga Jane Ansanay dan Zacharias Viktor Kareth yang akan mengikuti Olimpiade Fisika Asia di Vietnam.

Indonesia benar-benar dianugerahi Tuhan begitu banyak anak-anak cemerlang. Mereka tersebar di seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai ke pelosok-pelosok terpencil. Ada Pangus Ho, Irwan Ade Putra dan Andy Oktavian Latief yang bersama Jonathan Mailoa mendapat emas di IphO 2006 di Singapura.

Ada Dhina Pramita Susanti (16 tahun), yang bersama Anike Bowaire mendapat emas di “The First Step to Nobel Prize in Physics” ke-13 di Warsawa, Polandia 2005. Dia juga belajar di bawah bimbingan Prof Yohanes Surya. Dina yang masih remaja kecil ini saat akan ke Polandia berjuang dengan tidur hanya empat jam sehari, selama 4 bulan, untuk bisa menguasai soal-soal yang hanya dimengerti mahasiswa-mahasiswa fisika tingkat pascasarjana. Benar-benar keteguhan yang menakjubkan.

Ada juga Stephanie Senna, murid SLTP Ipeka Tomang yang menjadi anak Indonesia pertama yang meraih emas di Internasional Biology Olympiad di Saskatoon, Kanada 2007. Dia juga pernah meraih gelar “The Best Experimental Winner” di “International Junior Science Olympiad” 2004 di Jakarta.

Di ajang bergengsi yang diikuti 30 negara ini Indonesia kembali menjadi juara umum dengan memborong 8 medali emas, 4 perak, ”Best Experimental Winner” dan “Absolute Winner”. Taiwan mendapat 5 Emas, dan bahkan Korea Selatan dan Rusia saja hanya dapat 1 Emas.

Ada juga anak 13 tahun dari Cilacap bernama Azis Adi Suyono. Ia benar-benar seperti Lintang di cerita Laskar Pelangi. Sekolahnya jauh, dan harus menyeberangi sungai dan rawa-rawa. Anak genius inilah yang merebut gelar ”Absolute Winner” di Olimpiade Sains Junior Internasional 2004 di Jakarta itu. Anak dari keluarga sederhana, dan bersekolah di sekolah terpencil di desa Jojok, Kotawaru Cilacap ini mampu mengalahkan pelajar-pelajar terbaik dari Korea, Taiwan dan Rusia yang mempunyai sistem pendidikan terbaik dan fasilitas super canggih.

Presiden SBY pun kagum padanya. Azis termasuk dalam salahsatu penerima Anugerah Kehormatan Satyalancana Wira Karya yang diberikan di Istana Negara kepada anak-anak Indonesia yang telah mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai lomba sains internasional.

Kenapa Azis bisa begitu hebat? Karena baginya fisika itu asyik. Fisika membuatnya bisa mengkhayal tentang begitu banyak hal-hal ajaib di alam semesta. Dia membayangan keajaiban kecepatan cahaya, dan impiannya adalah bila seandainya dia bisa terbang melebihi kecepatan cahaya, maka ”Waktu” akan berhenti. Mungkin kalau manusia sudah benar-benar menguasai Relativitas Ruang-Waktu, maka manusia bisa mengendalikan waktu, dan melakukan ”time travel” seperti di film-film sains-fiksi.

Mungkin kalau kita tidak bisa menemukan Lintang yang ada di Laskar Pelangi, maka Azis Adi Suyono akan menjadi kembaran Lintang yang sejati. Seorang anak kecil yang ditakdirkan menjadi secemerlang Einstein dan Newton.

Dari Klaten, sebuah kota kecil di dekat Yogyakarta, kita akan menemukan seorang anak sederhana bernama Masyhur Aziz Hilmy. Umurnya baru 16 tahun waktu dia menjuarai Olimpiade Astronomi Internasional 2004 di Ukraina.

Azis yang seringkali tidak punya uang untuk membeli buku, bisa menjadi juara sains tingkat dunia. Karena tidak punya uang untuk membeli buku, maka ia memuaskan keingintahuannya tentang luar angkasa dengan membaca di perpustakaan sekolahnya sepanjang hari. Kalau bukunya sudah habis, dia akan pergi ke Yogya, dan dia akan ke pergi toko buku di mal atau perpustakaan, dan membaca disana sampai 5-6 jam.

Wisdom begins in Wonder..
Socrates (469-399SM)


Kenapa dia begitu suka astronomi?
Waktu masih SD, dia pernah membaca sebuah buku yang ringan dan populer. Disana, dia bisa melihat berbagai macam benda angkasa yang menakjubkan, bulan, bintang, planet-planet lain d luar Bumi, galaksi raksasa, tata-surya, nebula yang indah. Sebuah buku Astronomi Populer. Dan pikirannya terbuka, seperti Newton.


On The Shoulders of Giants..


Einstein ”senang” belajar.
Newton ”senang” belajar, Leonardo da Vinci, ”senang” belajar. Feynman, Michio Kaku, Alan Lightman, Carl Sagan, Stephen Hawking, senang, belajar. Semua anak-anak yang disebut cerdas, dimanapun, di Indonesia atau di dunia, senang belajar.

Bagi mereka alam semesta adalah keajaiban. Planet-planet lain di luar angkasa adalah sesuatu yang fantastik. Mungkin ada makhluk lain atau peradaban besar di sana yang tidak kita ketahui. Bagaimana pesawat raksasa yang berbobot ratusan ton bisa terbang, adalah sesuatu yang ajaib. Bagaimana seluruh alam bisa berada dalam keteraturan, dari kuark sampai planet dan galaksi adalah sesuatu yang maha-dahsyat.

Bagaimana kecepatan cahaya bisa diukur, atau bagaimana sebuah partikel super kecil bisa berubah menjadi kekuatan energi maha-dahsyat (E = mc²), semuanya seperti sesuatu yang nyaris tidak masuk akal. Tapi itulah keajaiban dunia, keajaiban alam semesta, keajaiban sains.

Mereka jadi senang belajar, karena mereka beruntung mendapat proses belajar yang menyenangkan, dan asyik. Mereka mempunyai buku-buku yang menyenangkan dan asyik, ensiklopedia ilmu dengan gambar-gambar yang keren, indah, dan berwarna-warni, bahkan komik-komik sains-fiksi yang seru. Kalau mereka tidak bisa membelinya, mereka bisa membacanya di perpustakaan sepuas-puasnya. Mereka juga suka menonton film sains-fiksi, atau benda-benda ”ajaib” yang menstimulasi pikiran mereka.

Ini ada beberapa contoh :

1. Michio Kaku

Michio Kaku waktu kecil senang menonton petualangan angkasa ”Flash Gordon”, dan membaca novel-novel Isaac Asimov (terutama serial “Foundation”). Dia tidak terpesona dengan Flash Gordon-nya, tapi dengan sang ilmuwan, Dr. Zarkov, yang mampu membuat mesin-mesin fantastis seperti roket antar-bintang bahkan menciptakan sebuah kota diatas langit. Bagi Michio, yang menyelamatkan dunia dari kejahatan Kaisar Ming, adalah bukan otot Flash Gordon, tapi kecerdasan sang saintis, Dr. Zarkov.

2. Wernher Von Braun

Wernher Von Braun, Bapak Ruang Angkasa Amerika (yang mantan Nazi), terinspirasi oleh salahsatu pioner teknologi roket Hermann Oberth dan sangat menggemari film petualangan ke bulan, ”Woman in The Moon” yang menggunakan ide-ide awal Oberth. Dia waktu kecil dibelikan ibunya sebuah teleskop untuk melihat bintang-bintang yang menjadi benda kesayangannya. Berkat teleskop itu, dia ingin pergi ke bintang-bintang, bagaimanapun caranya.

3. Edwin Hubble

Edwin Hubble dikenal waktu kecil sangat gemar membaca novel-novel Jules Verne yang fantastik dan misterius tapi juga banyak mengandung sains. Cerita-cerita itu seperti "20,000 Leagues Under the Sea" dan "From the Earth to the Moon". Hubble juga senang membaca buku Henry Rider Haggard, "King Solomon's Mines".

4. Fermi

Kalau Einstein kecil begitu terpesona pada Kompas, Enrico Fermi terpesona pada giroskop (gyroscope, instrumen roda untuk menentukan orientasi keseimbangan).

5. Carl Sagan

Carl Sagan waktu kecil senang cerita-cerita manusia-manusia dan makhluk Mars “John Carter of Mars” dan termimpi-mimpi berpetualang ke luar angkasa.

6. Richard Feynman

Feynman sejak kecil sangat suka membaca Encyclopedia Britannica bersama ayahnya. Ayahnya, Melville Feynman, juga suka mengajaknya jalan-jalan ke pegunungan. Dan sambil jalan-jalan, ayahnya akan memperlihatkan segala macam keindahan alam pada Feynman. (Classic Feynman: All the Adventures of a Curious Character, 2006).



Mereka punya pembimbing yang menyenangkan.
Orangtua mereka mengajarkan mereka keasyikan sains, mereka punya teman, kakak, paman, dan guru-guru di sekolah yang juga menyenangkan dan mengajarkan bahwa alam semesta itu penuh dengan keajaiban. Karena senang, intensitas belajarnya jadi tinggi, itu saja. Seluruh dunia jadi terbuka buat mereka, indah, ringan, menyenangkan, dan gampang. Dan mereka mendapat gelar, anak-anak cerdas, bahkan genius.

Ada cerita waktu Einstein masih kecil. Waktu kecil, Einstein diberi sesuatu oleh ayahnya, sebuah benda ”ajaib” yang menggoda pikirannya. Benda itu adalah sebuah kompas. Einstein kecil tidak habis pikir kenapa jarumnya selalu menunjuk ke Utara. Apapun yang dia lakukan, jarumnya selalu menunjuk arah Utara. Seakan-akan jarum itu punya pikiran sendiri. Seakan-akan, ada sesuatu yang tidak terlihat yang menariknya ke arah sana.

Dan Einstein kecil juga memiliki orang-orang dekat yang mempengaruhi kecerdasan dan kecintaannya pada ilmu dan alam semesta. Pamannya, Jakob, mengajarkannya sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Permainan itu adalah permainan berburu binatang diatas kertas.

Binatang kecil yang dikejar itu tidak diketahui namanya, dan akan disebut ”x”. Nanti setelah berhasil ditangkap, maka nama binatang misterius itu bisa diketahui. Nantinya nama permainan berburu binatang tanpa nama itu akan dikenalnya dengan nama, ”Aljabar”. Jakob juga mengajarkan beragam ilmu ke Albert dengan memakai mainan-mainan yang seru seperti kereta-keretaan dan kapal-kapalan.

Albert juga memiliki teman yang lebih tua namanya Max Talmey. Max adalah mahasiswa kedokteran yang miskin tapi cerdas yang sering diundang orangtua Albert untuk makan malam bersama. Max sering membawakan Albert kecil buku-buku dan majalah pengetahuan populer yang bagus-bagus dan menyenangkan dibaca. Buku-buku berisi keajaiban dunia dan alam semesta. Dan kecintaan itupun tumbuh subur, dan Einstein menjadi genius.


"The Key to The Universe"


Menyenangkan, adalah kata kuncinya.
Kalau seorang anak sudah menyenangi keindahan alam semesta, menyenangi teka-teki permainan matematika yang seru, maka tidak ada lagi yang bisa menghentikan mereka.

Dan Prof. Yohanes Surya mengetahui kunci ini. Metode pembelajarannya dinamakan ”Gasing”, Gampang, Asyik, dan Menyenangkan. Yohanes Surya tahu, anak-anak paling cerdas dimanapun di dunia, dan bahkan orang-orang genius, menjadi sedemikian dahsyat otaknya karena hal itu. Dan dengan itu, kita bisa menciptakan banyak anak-anak genius. Ribuan, atau bahkan jutaan. Generasi baru manusia-manusia genius.

Berdasarkan statistik, di suatu bangsa biasanya dari 11.000 orang akan ada 1 orang genius. Maka di Indonesia yang berpenduduk 230.000.000 seharusnya ada lebih dari 20.900 orang-orang genius. Bukan sekedar genius biasa, tapi yang ber-IQ 160, atau setara Einstein (Yohanes Surya, Kompas 29 Juli 2009, Anak Cerdas Butuh Layanan Khusus).

Sedangkan orang-orang cerdas yang IQ-nya diatas 125 mungkin jumlahnya mencapai jutaan. Dan melihat banyaknya prestasi anak-anak Indonesia itu, statistik ini sepertinya tidak terlihat berlebihan.

Sejak tahun 2000, Prof. Yohanes Surya telah mendidik ribuan guru-guru fisika dan matematika di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke di Papua, termasuk pesantren-pesantren. Benar-benar luar biasa.

Dan selanjutnya nanti tentu nanti guru-guru ini akan menularkan ilmunya yang unggul ke jutaan anak-anak di seluruh Indonesia. Pak Yohanes Surya jelas mempunyai keunggulan visi, kemampuan strategis, dan determinasi untuk menciptakan jutaan anak-anak genius di seluruh Indonesia.

Suatu hari nanti, ketika sudah cukup banyak guru-guru yang terinspirasi, sudah cukup banyak anak-anak di seluruh Indonesia yang terinspirasi, maka critical mass akan tercipta. Dan Indonesia akan bangkit menjadi bangsa yang cerdas dan unggul.

Dan berkat kerja keras sang Prof Yohanes Surya, dan banyak tokoh inspiratif Indonesia lainnya, kebangkitan itu mungkin tidak akan lama lagi.




Some Notes:

On Feynman :
Feynman's father used to read to him from the Encyclopedia Britannica. If, for example, they read about a dinosaur that was 25 feet tall with a six-foot-wide head, his father might translate that description into familiar terms for his son: If the dinosaur stood in their yard, it would be tall enough to put its head through an upper window, but its head would be too wide to fit. Throughout his life, Feynman translated complex ideas into simple examples.


Michio Kaku :
"I did not have a favorite childhood teacher, but there was one person who had me riveted to the TV screen every Saturday afternoon. I used to watch the old Flash Gordon series on TV, and it was thrilling to rocket to the planet Mongo every week. But after a while, I figured out that although Flash got the girl and all the accolades, it was really Dr. Zarkov who made the series work. Without Dr. Zarkov, there could be no Flash Gordon.

I was fascinated by the fact that here was a humble individual, who could, by the sheer force of his intellect, change the course of history and save the earth. Although Flash had the looks and the muscles (which we are born with), Dr. Zarkov was a self-made man who could create rocket ships, invisibility rays, and defeat dictators. It made me appreciate the power of science and technology, and the ability of one man to change history by unleashing the power of science."

Thursday, August 20, 2009

Ngobrol Bareng Pak James Cameron, Titanic/Aliens/Avatar

Ngobrol santai sama salahsatu sutradara film paling berpengaruh (dan terbesar) di Hollywood, James Cameron. Seru dan rame. Wajib tonton buat pencinta film. Met weekend.

Tuesday, August 18, 2009

Indonesia 2010, Bangsa Para Juara : Susi Susanti



"Champions aren't made in gyms. Champions are made from
something they have deep inside them - a desire, a dream, a vision.
They have to have last-minute stamina, they have to be a little faster, they have to have the skill and the will.
But the will must be stronger than the skill".
Muhammad Ali


Apa yang ada dalam pikiran para Juara terbesar?

Para olahragawan terbesar dalam sejarah dunia, ”The Greatest Olympians”, seperti sang petinju terbesar Muhammad Ali (The Greatest) yang kekuatan pukulannya begitu hebat sampai ”mampu merobohkan bangunan”. Atau Lance Armstrong, pembalap sepeda yang memegang rekor juara Tour de France 7 kali berturut-turut, padahal, dia menderita kanker.

Atau pelari Carl Lewis, raksasa yang memenangkan 9 emas Olimpiade dan 8 emas kejuaraan dunia (sering dianggap sebagai ”Olympian of The Century”). Atau para atlet besar lain seperti Michael Jordan, Tiger Woods, Roger Federer, Michael Phelps (renang, rekor 15 emas Olimpiade), atau Michael Schumacher.

Mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik, yang terkuat dari yang terkuat, yang tercepat, dari semua yang tercepat di planet Bumi. Manusia-manusia Superhuman dengan kekuatan jauh diatas manusia normal.

Apa yang menciptakan kekuatan besar mereka? Keinginan yang begitu dahsyat, Willpower, untuk berjuang habis-habisan dan menjadi yang terbaik? Apa yang membuat mereka senang melakukan pengorbanan-pengorbanan terbesar, dan menikmatinya? Apa sebenarnya impian mereka dan bagaimana membuatnya jadi kenyataan?

Di Indonesia, kita juga punya banyak juara, bukan juara Indonesia tapi dunia. Ada petinju Chris John yang tangguh (WBA Super-Champion), binaragawan Ade Rai (Juara Dunia Musclemania 1996 dan 2000 mengalahkan banyak binaragawan dari negara-negara maju), dan tentu para atlet bulutangkis kita yang heroik.

Rudy Hartono menjadi juara All England sampai 8 kali (1968-1976). Kekuatan besar macam apa yang ada dalam dirinya sampai mampu menjadi juara tak tersaingi sampai 8 kali? Dan bulutangkis, adalah salahsatu olahraga terhebat, karena memerlukan kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan strategi sekaligus.

Liem Swie King juga juara dunia puluhan kali, yang bahkan pernah menantang Rudy Hartono di final All England waktu usianya baru 20 tahun! Liem Swie King mungkin sudah berlatih secara spartan sekelas juara dunia waktu masih belasan tahun. Benar-benar menakjubkan.

Dan salahsatu yang terbesar, dan paling berkesan dalam hati banyak orang Indonesia tentu adalah Susi Susanti, peraih pertama medali emas olimpiade bagi Indonesia, pertama kalinya sepanjang sejarah Indonesia, di Barcelona, 1992.

Kita semua ingat peristiwa itu. Salahsatu momen yang paling menggetarkan jiwa kita bangsa Indonesia. Bulutangkis, adalah olahraga paling digemari di Indonesia, semua orang memainkannya. Dan ini adalah final kejuaraan antar bangsa yang terbesar.

Disini Susi harus berhadapan dengan rival terkuatnya dari Korea, Bang Soo-Hyun. Dari semua kejuaran dunia, ini akan menjadi yang paling prestisius. Kedua pemain dan kedua bangsa, sama-sama memimpikan kemenangan ini. Dan setelah berjuang secara dramatis, Susi-lah yang akhirnya merebut medali tertinggi olahraga dunia itu bagi Indonesia. Indonesia menang!

Benar-benar saat yang mengharukan, ketika Susi Susanti akhirnya naik diatas panggung kehormatan Olimpiade itu, sang Merah Putih dikerek ke atas dengan gagah, dan lagu kebangsaan kita "Indonesia Raya" mulai diperdengarkan.

Jiwa ke-Indonesiaan kita tersentuh. Kita benar-benar bangga sebagai orang Indonesia. Saat itu kita seperti diingatkan kembali, bahwa kita adalah bangsa para juara, bangsa pemenang, bangsa yang besar.



Dan itu menjadi sempurna karena Alan Budikusuma juga mempersembahkan medali emas bulutangkis putera bagi Indonesia. Lengkaplah kejayaan Indonesia.

Tidak hanya emas Olimpiade, Susi Susanti juga nyaris mendominasi bulutangkis dunia dalam jangka waktu yang cukup panjang. Menjuarai puluhan kejuaraan dunia, termasuk All England, dan merebut Piala Uber sepanjang awal 1990-an. Saat itu, Susi Susanti adalah yang terbesar.

Gayanya sangat tenang. Nyaris tanpa emosi, tapi serangan smash-nya cepat dan mematikan seperti ular kobra, kelenturannya seperti batang bambu yang tidak terpatahkan, penempatan bolanya sulit ditebak, dan keteguhannya sekokoh benteng batu yang nyaris tidak tertembus. Smash, lob, rally, dropshot, netting yang sangat tipis dan menegangkan, semuanya dilayani sampai lawannya tidak berkutik.

Bahkan dari sejak kelas 2 SMP, Susi Susanti sudah tahu apa impiannya. Dan Susi yang masih sangat belia itu sudah berani mengambil keputusan besar. Ini dunianya dan dia ingin jadi yang terbaik. Dia pun masuk ke Pelatnas dan tinggal di asrama, memulai proses pembentukannya yang spartan.


Bagaimana para Juara Dunia berlatih?



Sejak remaja, Susi sudah berlatih di Pelatnas. Jam 7 pagi Susi dan teman-temannya sudah bersiap-siap di lapangan. Latihan awal ini berlangsung sampai jam 11 siang. Lalu dilanjutkan lagi dengan latihan sore dari jam 3 sampai jam 7 malam. Ini dilakukan 6 hari dalam seminggu, dari Senin sampai Sabtu kecuali Minggu.

Makan harus yang bergizi tinggi, tidak boleh sembarangan. Tidur harus diatur, tidak boleh terlalu malam. Tidak ada asyik ngobrol dengan teman sampai larut, tidak ada nonton tivi sampai ngantuk. Disiplin adalah kekuatan. Dispilin adalah keunggulan. Disiplin, adalah kemenangan.

Tidak ada waktu sedikitpun untuk main-main kalau ingin jadi juara. Tapi demi impiannya, apapun dilakukan dengan senang hati dan semangat tinggi, dan Susi tahu dia bisa meraih impian besarnya itu. Sementara para remaja kecil lain mungkin masih sibuk bermain-main, Susi kecil sudah berlatih secara spartan.

Susi dikenal sebagai yang paling disiplin. Dia tidak hanya ingin mendisiplinkan dirinya sendiri, tapi ia ingin menjadi contoh bagi yang lainnya, contoh yang terbaik. Ia ingin mencontohkan disiplin yang begitu hebatnya, sehingga yang lain akan bangkit semangatnya untuk berdisiplin seperti dirinya. Dan yang lain pun mengikutinya. Sebuah pemikiran yang besar, mulia, bijaksana dan benar-benar efektif. Sebuah nilai kepemimpinan yang unggul.

"The Mind of A Champion"

Tapi apa yang membuat seseorang mempunyai mental juara seperti itu?
Kenapa seseorang ingin melakukan semua pengorbanan yang berat itu? Kenapa? Darimana awal datangnya?

Mungkin semua petualangan besar itu dimulai dari cinta, dari senang. Mereka senang berolahraga, senang main bulutangkis sejak kecil, mereka menikmati berkumpul bersama teman-temannya main bulutangkis, tertawa bersama-sama dan kadang saling menggoda.

Dan dengan sedikit dukungan semangat dan teknis yang baik, mereka menjadi lebih unggul dan bisa merasakan sesuatu yang istimewa dalam hidup, menang. Dan menang itu enak. Sedangkan kalah, tidak terlalu enak, jadi mereka jadi selalu ingin menang. Keinginan untuk menang melahirkan ambisi, keinginan besar menjadi juara.

Mungkin mereka juga senang menonton pertandingan para juara besar sebelumnya. Seperti kata Isaac Newton sang penemu, ”The Giants”, orang-orang besar belajar dari orang-orang besar sebelumnya (Standing on the shoulders of Giants).

Mungkin Susi Susanti dan Alan Budikusuma waktu kecil senang menonton pertandingan Rudy Hartono dan Liem Swie King. Dan mereka termimpi-mimpi ingin jadi seperti para bintang pujaannya itu, yang menjadi juara, menjadi yang terhebat, melanglang buana mengharumkan nama bangsa dan dipuja-puja banyak orang. Mungkin itu. Atau mungkin karena mereka mencintai orangtua mereka dan ingin membuat mereka bangga. Mungkin itu. Desire, Dream, Vision..

Pembentukannya yang keras membuatnya jadi punya mental juara, fisik yang prima, dan juga daya juang yang heroik, bahkan sejak masih di usia sangat muda. Salahsatu bukti kebesaran Susi Susanti adalah kegemparan yang terjadi di Piala Sudirman, Mei 1989 di Istora Senayan...


Keajaiban di Sudirman Cup, 1989.


Banyak orang yang mungkin sulit percaya hal itu bisa terjadi. Dan mungkin ini adalah salahsatu peristiwa paling menakjubkan sepanjang sejarah sport dunia.

Sudirman Cup adalah piala beregu seperti Thomas dan Uber Cup, tapi campuran, laki-laki dan perempuan. Di final Indonesia berhadapan dengan Korea, yang baru saja berhasil mempermalukan raksasa China. Stadion Istora Senayan dipenuhi ribuan pendukung fanatik Indonesia yang mengibarkan-ngibarkan bendera kecil Merah Putih.

Awal yang kurang beruntung bagi tim Indonesia. Malam itu, di dua partai pertama, Indonesia langsung tertinggal 0-2. Pasangan Eddy Hartono / Gunawan dalam pertempuran yang sengit dikalahkan ganda legendaris Korea, Park Joo Bong / Kim Mon Soo 9-15 15-8 13-15. Verawaty Fajrin / Yanti Kusmiati ditaklukan Hwang Hye Young / Chung Myung Hee dua set langsung, 12-15 6-15. Satu partai lagi buat Korea, dan semuanya akan berakhir. Para penonton Indonesia sudah hampir kehilangan harapan.

Di partai ketiga yang menentukan, turun bertanding pemain muda cemerlang, Susi Susanti, umurnya baru 18 tahun. Dia akan melawan Lee Young Suk. Masih begitu muda, tapi nasib Indonesia sudah ada di pundaknya.

Sayang, set pertama Susi dikalahkan dengan angka tipis 10-12. Dan di set kedua, para pendukung Indonesia sudah putus harapan. Susi tertinggal jauh, dari 0-1, 0-5, 0-7, sampai akhirnya 2-10.

Hanya tinggal 1 angka lagi. Semua penonton sudah tertunduk lesu, kita sudah kalah. Beberapa penonton terlihat sudah mulai meninggalkan tempat duduknya. Tapi sesuatu terjadi.

Susi tidak menyerah, dia tidak mengendurkan semangatnya sedikitpun. Malah walaupun ini akan jadi satu angka yang terakhir, justru dia akan bertempur habis-habisan. Pemain Korea itu tidak akan menang dengan seenaknya. Walau hanya 1 angka, Susi akan menunjukkan pada dunia bahwa dia tidak pernah menyerah begitu saja. Dan pelan-pelan, angka Susi bertambah. Satu poin, demi satu poin. Penonton terheran-heran, apa yang terjadi?

Tapi angkanya terus saja bertambah, dan penonton mulai bangkit lagi harapannya dan bertepuk tangan. Perlahan-lahan muncul rasa bangga di hati mereka melihat perjuangan Susi Susanti. Mereka tahu, bahwa walaupun kalah, Susi akan menjadi juara di hati mereka, pahlawan mereka yang tidak pernah menyerah, demi Indonesia.

Tapi angka Susi Susanti terus bertambah, malah makin mendekati angka Lee Young Suk. Pemain Korea itu mulai terlihat gugup, dan penonton Indonesia makin terbakar semangatnya. Apakah mungkin kali ini Susi akan menang?

Dan akhirnya keajaiban pun terjadi! Susi memperkecil ketinggalan angkanya sampai akhirnya dia menyamakan kedudukan, 10-10! Dari 2-10, jadi 10-10! Benar-benar sebuah daya juang yang tiada bandingannya.

Sekarang sudah tidak ada lagi yang mampu menghentikannya. Lee sudah jatuh mentalnya. Dia mungkin juga tidak habis pikir apa yang terjadi. Dengan serang-serangan yang mematikan Susi akhirnya menyudahi pertarungan dramatis itu, 12-10.

Dan di set ketiga, daya juang Lee sudah lenyap. Susi membantai Lee tanpa ampun 11-0, tanpa perlawanan. Ada cerita mengatakan bahwa pimpinan pelatih Korea kalap dan frustasi sampai dia kehilangan akal, menyumpah-nyumpahi Lee Young Suk bahkan memukulnya di depan banyak orang.

Setelah pertarungan ini, seluruh tim Korea kolaps. Tim Indonesia sudah benar-benar diatas angin. Edy Kurniawan menang telak dari Han Kok-Sung 15-4 dan 15-3. Ganda campuran Eddy Hartono / Verawaty menghabisi Park Joo Bong / Chung Myung Hee 18-13 dan 15-3. Indonesia berjaya. Kita menang!

Anda bayangkan Korea yang sekarang negerinya sangat maju, bisa dihancurkan semangatnya oleh para pemain bulutangkis Indonesia.


Bangsa Bermental Juara


Dan sejak itu Susi Susanti menjadi bintang besar, bahkan terbesar di dunia bulutangkis. Dia akan menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat medali emas Olimpiade, ajang olahraga terbesar di dunia, di Barcelona 1992. Dia bahkan merebutnya bersama Alan Budikusuma, sekarang suaminya yang tercinta. Pasangan Emas Olimpiade, sesuatu yang mungkin belum ada dalam sejarah olahraga dunia.

Saat kepulangannya dari Barcelona Susi dan Alan disambut dengan sukacita ribuan penggemarnya yang mengelu-elukannya sepanjang perjalanan. Itu mungkin adalah salahsatu pesta penyambutan terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah Indonesia.

Susi Susanti bukan hanya orang yang sangat penting. Dialah pahlawan besar Indonesia. Dialah yang menunjukkan kepada dunia Indonesia adalah bangsa pemenang, bangsa besar yang harus diperhitungkan. Dialah yang memberikan rakyat harapan, kebahagiaan yang meluap-luap yang bahkan tidak mungkin diberikan oleh pejabat terpenting manapun. Indonesia, Bisa! Indonesia Menang!

Susi Susanti berlanjut memenangi puluhan kejuaraan bulutangkis bergengsi di seluruh dunia, berbagai kejuaraan Grand Prix, dan dua kali mempersembahkan Piala Uber untuk Indonesia. Membuat kita bangga sebagai bangsa Indonesia, seperti yang sebelumnya telah dilakukan para pahlawan besar olahraga kita, oleh Rudy Hartono dan Liem Swie King.

Pantang menyerah. Daya juang. Pertandingan belum berakhir sebelum pertandingan berakhir. Pengorbanan demi kebesaran nama bangsa dan negara Indonesia yang harum. Itulah kekuatan karakter yang dibutuhkan generasi baru Indonesia. Dan itu adalah jiwa yang bisa dibentuk, dibangkitkan. Caranya adalah dengan belajar dari para juara, Champions, para Juara Dunia.


Kenapa Susi tidak menyerah di Piala Sudirman ’89 ?
Karena walaupun 1 angka sekalipun, dan walaupun kalah, kalah adalah juga pelajaran, dan itu penting. Jadi tidak perlu patah semangat.



Mungkin bila kita belajar lebih banyak dari Susi Susanti, kita akan tahu cara menciptakaan ribuan atau bahkan jutaan calon-calon juara dunia bagi Indonesia. Manusia-manusia terunggul bermental juara yang pantang menyerah, punya impian-impian besar dan selalu ingin menjadi terbaik, terbaik di dunia.


Andrea Hirata : Sebuah Masterpiece Untuk Indonesia


Andrea Hirata : Sebuah Masterpiece Untuk Indonesia

“Imagination is more important than knowledge.
For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution”.
Einstein (1879-1955)


Menyatakan Laskar Pelangi
sebagai buku yang bagus adalah sebuah understatement besar-besaran. Laskar Pelangi, adalah sebuah Mahakarya, A Masterpiece. Sebuah magnum opus dari seorang genius dengan imajinasi yang nyaris tak terbatas.

Andrea Hirata, ibarat orang yang begitu mencintai pengetahuan, dan pengetahuan mencintainya balik dan menganugerahinya segala keajaiban yang ada padanya. Beragam pencerahan yang ada di buku ini membuatnya mampu menginspirasi jutaan orang, dan dipuji-puji oleh hampir semua tokoh terbaik negeri ini.

Laskar Pelangi adalah sebuah epik kemanusiaan yang heroik, yang hebatnya, justru datang dari sekelompok anak-anak istimewa (dan setengah sinting) yang bersekolah di sebuah sekolah reyot yang nyaris roboh di Belitong. Mereka adalah Lintang, Ikal, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani dan Harun, yang memulai petualangan-petualangan besarnya dari bawah pohon Filicium yang rindang..

Bersama mereka kita akan berpetualang menembus alam semesta, batas-batas ruang dan waktu, dan ke dalam keajaiban jiwa manusia yang penuh warna-warni, seperti pelangi.


Di cerita ini kita akan berkenalan dengan Lintang, seorang anak kecil yang super-genius. Sejak hari pertama bersekolah ia pergi bersepeda sejauh 40 km dari rumahnya hanya untuk satu tujuan, ia ingin tahu segalanya. Semuanya.

Ia ingin terbang tinggi menembus bintang-bintang, melihat Galaksi raksasa Andromeda dan menikmati kecantikan Nebula Triangulum. Ia ingin menguping obrolan Einstein, Newton, Galileo, dan menyelami pikiran-pikiran paling cemerlang dari manusia-manusia paling cerdas di muka bumi. Atau menengok kemegahan kerajaan-kerajaan besar masa lalu, Babylonia dan Byzantium beratus-ratus tahun yang lampau. Lintang, anak dusun yang ditakdirkan punya otak secemerlang Newton dan Einstein.

Baginya, sekolah adalah suatu tempat di balik pelangi yang paling indah dan terhebat di seluruh dunia. Tempat yang akan dia raih walaupun harus melewati sungai berisi buaya sebesar batang pohon kelapa dan rawa-rawa yang seram dan angker. Untuk mencapai tempat impian itu, bahkan resiko dimakan buaya pun akan tidak ada artinya. Kekuatan impian yang menakjubkan, daya juang yang begitu hebat dari seorang anak kecil.

Sekolah reyot yang penuh kemeriahan itu dijaga oleh dua kebijaksanaan, Pak Harfan yang ganteng (mirip Tom Hanks, tapi yang sedang terdampar di pulau) dan juga Bu Mus (Muslimah) yang cantik, baik hati, jangkung, dan menyenangkan.

Cerita Andrea Hirata benar-benar membuat pulau Belitong terasa seperti sebuah tempat yang magis dan fantastis, ramai dengan legenda yang mengasyikan dan imajinatif. Bahkan sumur-sumurnya yang gelap dan dalam adalah gerbang menuju ke dunia lain, dan gunung-gunungnya yang hijau adalah penjelmaan ular naga raksasa yang sedang tidur selama beribu-ribu tahun.

Kontras dari sekolah Laskar Pelangi adalah puncak dunia bernama PN Timah. PN Timah, lokasi eksklusif beraset triliunan, tempat para ”dewa-dewa” tinggal di istana-istananya yang megah bergaya Victorian, makan chicken gordon bleu dan gorgonzola soup, dan tempat seorang ayah yang mengapalkan piano grand klasik Stenway dari Jakarta untuk anaknya (Flo), yang bahkan enggan belajar piano.

Bersama anak-anak Laskar Pelangi kita akan mengalami petualangan yang seru dan menegangkan. Berpetualang menyelami dunia mistis dan fantastis para pemuja buaya, mitos-mitos aneh hutan-hutan gelap Belitong yang angker, berhantu dan penuh misteri, bahkan bercengkerama dengan para penggemar UFO dan alien.

Kita juga akan berkenalan dengan manusia separuh makhluk gaib di pulau lain bernama Tuk Bayan Tula, yang telah mempersiapkan sebuah kejutan besar untuk anak-anak nakal Laskar Pelangi. Membaca bab ”Societeit de Limpai” dan ”Pulau Lanun” seperti membaca petualangan ”Lima Sekawan” yang dulu senang saya baca waktu kecil.

Kalau anda menyenangi ”The da Vinci Code”, dan ”Angels and Demons” yang rumit, atau novel ”Perfume” yang dipuja-puja setinggi langit, anda pasti akan sangat menikmati keajaiban Laskar Pelangi.

Ada banyak inspirasi dalam Laskar Pelangi. Bagaimana para guru dan anak-anaknya menjalani hidup yang seringkali kita anggap berat, tapi mereka hadapi dengan riang, lucu, dan dengan kebijaksanaan yang menyentuh.

Seperti saat kita di Jakarta sering meributkan gedung sekolah yang mesti megah, sementara anak-anak Laskar Pelangi bersekolah di sekolah reyot dengan penuh keceriaan dan semangat. Disana anak-anak bisa mendapatkan ilmu-ilmu besar, yang bahkan membuat Andrea bisa bersekolah sampai di Sorbonne, Universite de Paris.

Waktu anak-anak itu pernah sekali mengeluh, mereka diberi cerita ringan oleh Bu Mus yang bijaksana. Bu Mus hanya menunjukkan gambar sel Sukarno di Bandung yang sempit dan kelam, bagaimana pembelajarannya disana justru membuatnya jadi manusia paling cerdas dan paling kuat di dunia, salahsatu pendiri bangsa terbesar di dunia (Perempuan-perempuan perkasa, hal 31).

Hasil renungan yang dalam, bagaimana manusia-manusia terkuat dan genius dilahirkan dari inspirasi dan teladan, bukan dari uang ratusan juta atau gedung-gedung mewah.


Laskar Pelangi bukan hanya sebuah buku cerita. Laskar Pelangi adalah petualangan terhebat menembus alam semesta kemanusiaan yang heroik, menyenangkan, dan sangat mengagumkan. Sebuah mahakarya dari seorang yang memiliki imajinasi cemerlang dan tanpa batas, Andrea Hirata.

Dan buku Laskar Pelangi, dengan segala kegeniusannya, kedahsyatan ilmunya, dan karakter-karakter manusianya yang unggul telah menginspirasi ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang di seluruh Indonesia. Filmnya juga telah ditonton oleh jutaan orang, bahkan menurut berita terakhir (Kompas Maret 2009), telah ditonton 4,6 juta orang, termasuk Presiden SBY.


Buku dan Peradaban Unggul

Sebuah buku bisa mengubah seseorang.
Membuatnya jadi lebih cerdas, lebih kuat, dan bangkit semangatnya. Buku-buku terbaik bisa merubah banyak orang, ribuan orang, jutaan, dan bahkan merubah seluruh bangsa. Itulah kenapa semua pemimpin besar adalah pembaca buku. Buku-buku terbaik membentuk kebesaran mereka.

Alexander the Great, murid dari Aristoteles, kemanapun pergi selalu membawa buku heroik Iliad (Homer). Dia selalu merasa kuat dan heroik seperti Achilles setelah membaca buku itu, membuatnya merasa mampu menaklukan seluruh dunia.

Napoleon, atau George Washington, John F. Kennedy, Gandhi, Hitler, atau Isaac Newton, Einstein, Leonardo da Vinci, Bill Gates, Rockefeller, Andrew Carnegie, semua tokoh besar adalah pembaca buku. Semua pemimpin besar kalau akan merubah bangsanya, awalnya mereka akan menulis buku, begitu juga Sukarno dan Hatta. Dengan buku yang murah dan sederhana, ide besar akan segera menjangkau jutaan orang dengan sangat mudah.

Di Amerika Januari 1776, sebuah buku sederhana diterbitkan, judulnya ”Common Sense” (Thomas Payne). Dan buku itu dibaca oleh George Wahington, Benjamin Franklin, dan lebih dari 100 ribu orang Amerika lainnya. Berkat buku inspiratif itu (lebih tepatnya provokatif), seluruh Amerika bangkit melawan tirani imperium Inggris. Amerika merdeka.

Sukarno di Indonesia membuat tulisan provokatif "Indonesia Menggugat" yang sangat dahsyat, lalu dijadikan buku, dan banyak orang Indonesia dan para tokohnya tergerak untuk bangkit dan berjuang.

Semua pemimpin agama terbesar, para Nabi-nabi mempunyai buku. Nabi Muhammad mempunyai Al-Qur’an, Yesus Kristus mempunyai Injil. Milyaran pengikutnya di dunia membacanya setiap hari dan menjadi dekat dengan Sang Pencipta.

Di benua Eropa sebelum abad 15, bangsa Eropa adalah kumpulan orang-orang paling terbelakang di dunia. Mereka hidup dalam Zaman Kegelapan, zaman kebodohan, lemah dan tanpa moral. Tapi sesuatu diciptakan di tahun 1436, dan Kebangkitan Besar benua itu terjadi. Eropa berubah dari bangsa primitif menjadi penguasa-penguasa dunia.

Mesin ajaib yang merubah dunia itu adalah Mesin Cetak Gutenberg. Dengan benda itu, terjadi ledakan besar-besaran jumlah buku di Eropa, dan orang-orang Eropa menjadi manusia-manusia tercerdas di Bumi. Itu masih ditambah lagi dengan gelombang buku-buku latin ke seluruh Eropa pasca jatuhnya Konstantinopel (1453).

Buku yang baik, merubah umat manusia. Dan Laskar Pelangi telah menjadi inspirasi besar pada berjuta-juta manusia Indonesia. Bahwa pendidikan yang inspiratif bisa merubah seseorang, membuatnya menjadi manusia-manusia unggul. Bahwa pendidikan terbaik, bahkan kegeniusan, datang dari inspirasi, inspirasi para guru dan anak-anak yang mencintai ilmu pengetahuan, dan inspirasi besar bisa tumbuh di sekolah reyot yang hampir rubuh.

Bahwa kecerdasan tinggi bukan timbul dari biaya sekolah yang mahal, tapi dari rasa ingin tahu, dan dari membaca, membaca buku-buku terbaik. Dan bahwa semua orang punya hak untuk bermimpi, apapun yang dia inginkan, bahkan mimpi ke Sorbonne, Paris.

Dan bersama Laskar Pelangi, bangsa Indonesia boleh kembali bermimpi. Bermimpi bahwa dengan apapun kekurangan kita sekarang, kita tetap bisa bersemangat. Apapun bisa terjadi, bahkan yang terbaik. Dan kalau jutaan anak-anak Indonesia telah cukup belajar (dan membaca Laskar Pelangi), maka suatu hari nanti kita bisa bangkit menjadi bangsa baru yang sangat cerdas, unggul, dan penuh optimisme.



Monday, August 17, 2009

We were Once, A Great Nation


Presiden Sukarno bersama Presiden Amerika John F. Kennedy

Penyambutan khusus di Washington National Airport 1961.

Bersama pemimpin besar Kuba Fidel Castro, 1960.
Kebesaran nama Castro dan keberaniannya melawan Amerika tidak ada artinya apa-apa bila dibandingkan dengan kebesaran nama Sukarno di seluruh dunia.

Sukarno bersama pemimpin karismatis Sovyet, Nikita Khrushchev.
Khrushchev yang kalau berpidato selalu berapi-api hanya terdiam di belakang Sang Sukarno.

Dengan salahsatu pemimpin terbesar China, Chairman Mao, Mao Zedong.


Penyambutan Kenegaraan oleh Presiden Amerika Nixon.


Sukarno bersama Kaisar Hirohito dan Putra Mahkota Akihito di Imperial Palace Tokyo, 1958.
Dulu Jepang pernah menjajah Indonesia, tapi Indonesia lahir kembali menjadi bangsa yang jauh lebih besar dari kekaisaran Jepang.

Di depan Sidang umum PBB 30 September 1960.
Sukarno membacakan pidatonya yang legendaris dan menghantam segala bentuk imperialisme dan kolonialisme, "To Build the World A New". Sidang PBB ini bergemuruh dengan tepuk tangan dan sorak-sorai dari peserta.




Persidangan Landraad Bandung, Indonesia, 1930..
Revolusi besar Indonesia dimulai


"… maka rakyat kami (oleh kaum imperialis) dibikin rakyat yang ‘hidup kecil’ dan ‘nrima’, rendah pengetahuannya, lembek kemauannya, sedikit nafsu-nafsunya, padam kegagahannya, rakyat ‘kambing’ yang bodoh dan mati energinya.

Kami, kaum PNI, kami mencoba memberantas penyakit ini dengan mengadakan lebih banyak pendidikan rakyat, menyokong sekolah-sekolah rakyat, mengurangi buta huruf di kalangan rakyat.

Kami mencoba membangkit-bangkitkan dan membesar-besarkan kemauan rakyat akan nasib yang lebih memper-nasib manusia, menyalakan lebih banyak nafsu-nafsu di dalam kalbu rakyat. Kami berusaha menghidup-hidupkan lagi kegagahan rakyat, tenaga kemauan rakyat, energi rakyat sebagai sediakala, -rakyat yang kini ‘sudah mati kutunya itu’ …

Energi rakyat inilah salah satu urat saraf pembentukan kekuasaan kami, -salah satu urat saraf penolak daya imperialisme, tetapi terutama sekali ialah urat saraf pendorong rakyat ke depan."


Sukarno,"Indonesia Menggugat", 1930,
"Kontra Kemunduran, yakni Kontra Dekadensi Akal Budi."


Wednesday, August 12, 2009

Slank : Vox Populi, Vox Dei, Vox Slank!



SLANK,
Vox Populi, Vox Dei, Vox Slank!
(Prometheus 1)

”Di sini orang-orang penuh kreativitas
Tempat orang-orang yang terbaik
Di sini bukan anak-anak malas
Tempatnya para pekerja keras
Di sini bukan anak-anak manja
Sedikit kerja … banyak mintanya”
Mars Slankers, 2004

Gayanya slenge’an, rambut gondrong,
pakaian sesukanya, bernyanyi teriak-teriak kadang sambil telanjang dada plus keringetan. Tapi mereka seribu kali lebih berpengaruh dari para musang berbulu domba yang berjas dan berdasi yang setiap hari meneriakkan kata rakyat sambil dinner di hotel bintang lima.

Konser-konser besar mereka selalu disesaki belasan ribu penggemar yang dengan seluruh antusiasme yang membahana meneriakkan antem pemberontakan dari lagu-lagu mereka yang legendaris.

Para musisi genius ini, yang memiliki kemampuan musikalitas yang nyaris tak tertandingi, adalah suara rakyat sejati, terutama generasi muda yang sudah bosan dengan politik tanpa prestasi dan menginginkan perubahan besar. Mereka adalah Slank, salahsatu supergroup terbesar dan terbaik dalam sejarah musik Indonesia. Bimbim, Kaka, Ridho, Ivanka, dan Abdee (Abdee Negara, what a cool name!).

Ada cerita lucu tahun 2008, waktu Badan Kehormatan DPR yang super terhormat dan super penting (menurut fantasi mereka sendiri) pernah ”esmosi” dan berniat menggugat Slank gara-gara Slank baru saja mengeluarkan video klip ”Gosip Jalanan” yang liriknya sangat keras tapi bener. ”Mau tau gak mafia di senayan, kerjanya tukang buat peraturan, bikin UUD ujung-ujungnya duit!”, (album PLUR, Peace Love, Unity, Respect, dari tahun 2005).

Baru beberapa hari, para anggota yang terhormat itu tiba-tiba bilang kalau mereka tidak berniat menggugat Slank dan mereka menyerahkan sepenuhnya ke masyarakat kalau ada yang mau mengadukan persoalan itu ke DPR.. (Siapa yang mau ngaduin?!) Mereka juga mungkin baru tersadar, bahwa mereka nyaris tidak ada pengaruhnya dibanding Slank dan para Slankers fanatik yang kekuatannya berjuta-juta di seluruh Indonesia dan siap bergerak membela habis band pujaannya itu. Slank, memang sangat berpengaruh.

Slank bermusik dengan idealisme dan impian akan masa depan Indonesia yang lebih baik dan menyenangkan. Mereka menyanyikannya dengan penuh semangat, optimis, dan keberanian tanpa rasa takut melawan kemapanan yang justru bobrok. Sesuatu yang benar-benar heroik. Mereka menyanyikan lagu cinta, tapi juga cinta pada bangsa, cinta pada kejujuran, cinta pada kemanusiaan.

Tapi tentu idealisme tidak akan ada artinya kalau kemampuan bermusiknya cuma pas-pasan. Dan kemampuan para anggota Slank memang benar-benar spektakuler, bermutu tinggi, kreatif, enak, menghibur bahkan membawa inspirasi dan semangat. Ringan tapi berisi dan kuat, seperti carbon fiber, material super kuat dan ringan yang banyak dipakai di supercars seperti Lamborghini dan Maseratti (a little bit of science won’t hurt isnt it?). Dan ”kejernihan” suara serak Kaka seringkali mengingatkan kita pada kerennya suara Steven Tyler dari Aerosmith.

Lewat musik, mereka ingin semua pendengar mereka, terutama anak-anak muda bisa tumbuh jadi manusia-manusia yang lebih berarti. Anak-anak muda yang boleh enjoying life, tapi juga bekerja keras demi masa depannya yang cemerlang, malu jadi pemalas, dan menjadi yang terbaik, seperti yang dialunkan penuh semangat dalam ”Mars Slankers”. Dan yang juga penting, malu mengambil sesuatu yang bukan haknya.

"Memang, kantongku memang kering
Jangan menghina yang penting bukannya maling
Memang, jaketku memang kotor
Jangan menghina yang penting bukan koruptor"
"Memang" (Suit-suit..)

Lumayan ironis karena anak-anak muda yang slenge’an inilah yang punya nilai-nilai lurus tentang apa-apa yang penting untuk hidup, apa yang benar. Mereka yang menyatakan bahwa kita harus malu, kalau mengambil apa yang bukan hak kita, dan bukannya malu kalau hidup sederhana tapi jujur dan bersih. Di zaman yang kebolak-balik ini, ini penting. Ini adalah kebijaksanaan. Mereka juga tentu yang bahkan mengajarkannya pada anak-anak muda tentang ini.

Padahal banyak pejabat yang sudah tua-tua malah maling semua. Jangankan mencuri, meminta-minta saja harusnya malu. Malu sama Tuhan, malu sama ayah-ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan kita, malu sama anak-cucu kita nanti. Apapun yang terjadi, jangan mengambil yang bukan hakmu, jangan ”Seperti Para Koruptor” (”The Big Hip”, 2008).

Nilai-nilai unggul, optimisme, kerja keras, disiplin, harga diri, pantang mengambil yang bukan haknya, di bangsa-bangsa maju yang punya pemimpin yang visioner, selalu ditanamkan dengan sangat serius dan sistematis kepada seluruh bangsanya. Dengan sesuatu yang namanya Teladan, seluruh bangsanya belajar menjadi unggul, mempunyai karakter kuat, dan akhirnya bangsanya akan bangkit, itu saja.

Dan di Indonesia, teladan jarang didapat dari pejabat. Tapi betapa beruntungnya Indonesia, bangsa yang besar ini. Kita punya banyak manusia-manusia unggul yang bisa membangkitkan jiwa dan kekuatan bangsanya. Slank sendiri menyampaikan inspirasi besarnya dalam kemasan yang dahsyat, cool, cuek, dan berani. Mereka tahu mereka besar, dan mereka memanfaatkan pengaruhnya itu untuk kebaikan yang sebanyak-banyaknya. Dan mereka sudah mempunyai jutaan pengikut di seluruh Indonesia.

Slank adalah guru bangsa ini, dan salahsatu yang terbaik. Sementara para pemimpin seperti orangtua yang alpa, sibuk sendiri dengan urusannya masing-masing dan lupa mendidik anak-anaknya, Slank adalah seorang paman super keren yang bisa jadi panutan sekaligus sahabat, teman untuk berjuang tapi sekaligus bersenang-senang. Dan karena itu, Indonesia adalah bangsa yang benar-benar beruntung.

Ketika nanti Indonesia mempunyai jutaan generasi muda baru yang kuat, revolusi besar akan segera terjadi. Seperti syair "Loe Harus Grak", Kalau Tuhan mengijinkan, pasti Menang!!



Baca aja berita Awardnya disini