Tuesday, May 26, 2009

Amerika Bangkrut! Manual Sederhana Krisis Global


Amerika Bangkrut, film dokumenter I.O.U.S.A, 2008


Amerika nyaris bangkrut.
Hutangnya tahun 2009 ini akhirnya akan mencapai US$ 10.7 Trilyun. Ini adalah hutang terbesar diantara seluruh bangsa di dunia.

Kebanyakan hutang ini awalnya dipakai untuk konsumsi rakyat Amerika. Agar masyarakat Amerika bisa mempunyai rumah yang mentereng, mobil yang mengkilat (Lexus, Camry, etc), belanja barang-barang bermerk, dan makan burger tiga lapis. Sedangkan untuk para eksekutif topnya, agar mereka bisa mempunyai yacht super mewah dan private jets.

Kalau tidak punya uang cukup untuk bermewah-mewahan? Gampang, hutang saja. Kalau cuma mampu beli rumah US$ 200.000 tapi ingin punya rumah sempurna seharga US$ 500.000? Mudah, pinjam saja. Bank-bank yang sedang kelebihan modal pasti akan memberikannya. Pemerintah pun mendukungnya dengan senang hati lewat Freddie Mack dan Fannie Mae. Untuk apa? Ya tentu saja untuk politik, untuk membuat rakyat percaya seakan-akan Amerika sedang makmur-makmurnya (lalu mereka akan dipilih lagi).

Lalu siapa yang tidak mau? Dan seluruh Amerika pun berbondong-bondong membeli rumah yang sebenarnya akan sulit mereka bayar. Dan Itulah jiwa orang Amerika sekarang, belanja, dan berhutang. Hutang kartu kredit juga sudah menjadi masalah nasional disana.


Yang kedua adalah untuk dipakai berperang di Iraq dan Afganistan. Menurut Stiglitz, biayanya sudah mencapai US$ 3 Trilyun (The Three Trillion Dollar War, 2008, Joseph Stiglitz dan Linda Bilmes).

Dan apa alasan perang ini? Karena Irak mempunyai senjata pemusnah masal, WMD, Weapon of Mass Destruction, yang kemudian ternyata tidak terbukti sedikitpun. Biaya yang begitu spektakuler untuk sebuah perang palsu. Dan ternyata, kehancuran Amerika tidak akan datang dari Timur Tengah, tidak dari teroris, melainkan dari dalam dirinya sendiri.

Hutang terbesar Amerika adalah kepada China. Besarnya sekitar 740 Milyar Dollar (Foreign owners of US Treasury Securities, January 2009, Wikipedia). Dan produk-produk China juga telah membanjiri seluruh pasar Amerika. Semuanya sekarang ”Made in China”. iPhone? Made in China. Gucci, made in China. Bendera kebangsaan Amerika? The Stars and Stripes? Made, in China.



Orang-orang Amerika sendiri makin kurang suka memproduksi barang di pabrik. Kerja di pabrik tidak cool, tidak keren, dan penghasilannya tidak akan membuat mereka cepat kaya. Lalu Chinalah yang menjadi pabrik raksasa bagi Amerika dan seluruh dunia.

Orang-orang Amerika, lebih suka kerja yang bersih-bersih, jadi pengacara, artis, atau analis keuangan. Para analis keuangan Wall Street juga bermimpi-mimpi, hanya dengan mengutak-atik angka di depan komputer, mereka bisa melipatgandakan uangnya dan menjadi kaya-raya dalam semalam.

Impian-impian menjadi kaya-raya dengan cepat, uang jutaan dollar, dengan mudah membuat banyak orang gelap mata. Beragam sistem, legal dan ilegal, diciptakan untuk membuat keuntungan melonjak drastis. Keinginan untuk berusaha dan mendapat uang adalah wajar, tapi Keserakahan, adalah hal lain. Sementara, produktifitas ekonominya terus turun relatif dibanding China.


Ekonomi finansial Wall Street
segera berubah menjadi ekonomi siluman, permainan uang virtual raksasa yang makin absurd. Judi besar-besaran senilai trilyunan dollar. Banyak orang lalu percaya permainan ini telah berubah menjadi sesuatu yang berbahaya dan mengerikan, a Financial Frankenstein.

Pada titik kritis, Warren Buffet menyebutnya ”Financial Weapons of Mass Destruction”. Diantaranya termasuk permainan penjaminan pinjaman perumahan kelas dua itu, Subprime Mortgage. Dan sebelumnya ada skandal Enron, lalu, skandal raksasa Bernard Madoff yang menipu kliennya sampai Rp 500 Trilyun (!).

Sementara ekonomi Amerika menjadi semakin rusak, China makin kaya. Defisit perdagangan Amerika dan China makin menggelembung (melampaui 100 Milyar Dollar per tahun), dan hutangnya telah menjadi begitu besar. Seandainya China kebetulan ingin menarik kembali hutangnya, maka Amerika, sang Superpower, akan kolaps begitu saja. Bangsa besar Amerika, kedigdayaan Washington, gemerlap New York dan LA, semua akan sirna.

Dan akhirnya tentu meletuslah segala kegilaan itu. Ekonomi Amerika kolaps. Rumah tangga kolaps, mereka yang memaksa membeli rumah lebih mahal dari kemampuannya, tidak mampu membayar cicilan rumahnya, Subprime Crisis. Perusahaan-perusahaan besar kolaps, dan mereka harus di-bail-out besar-besaran dalam skala puluhan Milyaran Dollar (AIG, Citibank, Detroit, etc). David Kellermann, CFO Freddie Mac, pada 22 April 2009 ditemukan bunuh diri di rumahnya.

Dan tidak hanya Amerika, tapi seluruh dunia harus membayarnya. Untunglah akhirnya ada Obama, yang pernah sekolah di Indonesia itu. Tapi tantangan yang akan dihadapi presiden baru itu akan sangat besar, walaupun ia juga mampu memberikan harapan yang besar pada Amerika dan dunia.

Saran hari ini, segeralah belajar bahasa China.

Beli buku percakapan sehari-hari bahasa China di Gramedia. Kedua, kalau anda punya uang berlebih, tabunglah, jangan suka beli barang-barang yang tidak anda perlu sekalipun di-diskon up to 70%. Seperti kata para orangtua kita dulu, berhemat itu bagus. Dan jangan pernah jadi orang yang serakah. Ketiga, banyaklah bersyukur, cobalah bersyukur walau kadang tidak mudah, dan perbanyaklah bantu mereka yang membutuhkan.

Krisis sudah kelihatan akan mulai berakhir, tapi perjalanan sementara ini akan berat, dan semua orang harus berjuang. Mudah-mudahan kita bisa mendapat pelajaran yang sangat besar dari sini.





Pelajari lebih lanjut :

Trailer film dokumenter I.O.U.S.A
How Financial Madness Overtook Wall Street, Time.com
Crisis of the U.S. Dollar System, Global Research
United States Public Debts, Wikipedia
Buffett warns on investment 'time bomb', BBC News
Global Financial Crisis, Wikipedia

May 27, 2009

No comments: