Friday, October 23, 2009

Icarus, At The Edge of Time



Icarus, At The Edge of Time,
adalah sebuah buku cerita anak-anak best seller karangan super-fisikawan Brian Greene. Lewat buku cerita sains fiksi ini, pembacanya termasuk anak-anak mulai diperkenalkan dengan teori-teori canggih Einstein, quantum mechanics, dan String Theory.

Icarus, adalah anak muda pemberani yang dengan pesawat ruang angkasanya “Proxima” ingin berpetualang ke pusat galaksi, menembus bintang-bintang. Disana, jauh di pusat galaksi itu, adalah tempat dari Lubang Hitam raksasa. Apa sebenarnya lubang hitam itu? Dan misteri apa yang ada disana?



Buku ini juga diisi dengan gambar-gambar menakjubkan yang diambil Teleskop raksasa Hubble yang berada di luar angkasa.

Icarus ini diinspirasi oleh dongeng Yunani Icarus. Icarus dibuatkan sayap dari bulu dan lilin oleh ayahnya, Daedalus. Tapi dia diingatkan agar kemampuannya untuk terbang tidak membuatnya lupa diri, dan terbang terlalu dekat ke matahari. Tapi Icarus yang begitu menikmati penerbangannya terbang makin tinggi ke angkasa, dan tanpa sadar mendekati Matahari.


Saturday, October 17, 2009

Jalan-jalan Malam Mingguan, Ke Luar Angkasa..



Keajaiban apa yang bisa kita lihat di ruang angkasa? Dan seberapa dekat kita dengan datangnya abad luar angkasa itu? Silakan menikmati video super menarik ini.

Friday, October 9, 2009

Peringkat Universitas Indonesia Melonjak ke Ranking 201 Terbaik Dunia!



Benar-benar pencapaian yang luar biasa.
Universitas Indonesia berhasil membuat peringkatnya melonjak dari 395 universitas terbaik dunia di tahun 2007, menjadi 201 di tahun 2009. Nyaris menembus 200 besar. Ini dinyatakan dalam laporan terbaru QS World University Ranking 2009, lembaga pemeringkat universitas terbaik global paling berpengaruh di dunia.

Ini berarti, hanya dalam 2 tahun, ranking UI naik hampir 200 tingkat! Di tahun 2008 kemarin, UI memiliki peringkat 287.

Peringkat ini disusun dari survei 5000 universitas di dunia dan 500 universitas yang dianggap terbaik di dunia.

Inilah daftar universitas-universitas terbaik dunia 2009 :

1. Harvard University, Amerika
2. University of Canbridge, Amerika
3. Yale University, Amerika
4. UCL, University College London, Inggris.
5. Imperial College London, Inggris.
6. University of Oxford, Amerika.
7. University of Chicago, Amerika.
8. Princeton University, Amerika.
9. MIT, Massachusetts Institute of Technology, Amerika.
10. Caltech, California Institute of Technology, Amerika.

17. Australian National University, Australia
22. University of Tokyo, Jepang. (Universitas terbaik di Jepang).
24. University of Hong Kong, Hong Kong
25. Kyoto University, Jepang.
30. National University of Singapore.
47. Seoul National University, South Korea.
49. Tsinghua University, China.
52. Peking University, China.
69. Kaist - Korea Advanced Institute of Scieence and Technology, Korea.
73. Nanyang Technological University, Singapore.

102. Hebrew University of Jerusalem, Israel.
138. Chulalongkorn University, Thailand.
163. Indian Institute of Technology Bombay, India.
180. University of Malaya, Malaysia.
201. University of Indonesia, Indonesia.

204. Paris Institute of Political Studies.
206. University of Stuttgart, Germany
211. Korea University, South Korea.
218. Kobe University, Jepang.
228. Universite de Paris, Sorbonne, Perancis.

250. Universitas Gadjah Mada, Indonesia.
291. University Kebangsaan Malaysia, Malaysia.
352. Insitut Teknologi Bandung, Indonesia.


Data lain :

Wednesday, October 7, 2009

Ikan Hias Laut Indonesia, dan Kekayaan Ekonomi Singapura

Singapura di waktu malam

Ikan hias laut Indonesia



Laut dan perairan Indonesia adalah yang terkaya di dunia.

Di Indonesia ada sekitar 650 jenis species ikan hias laut yang sudah diketahui, dan 200 species yang sudah diperdagangkan.

Indonesia adalah negara ketiga terbesar di dunia pengekspor ikan hias laut (7.5 %). Yang terbesar adalah Singapura (22.8%, senilai lebih dari US$ 40.000.000/tahun), dan yang kedua adalah Malaysia (7.9%).

Dari mana Singapura yang kecil itu mendapatkan ikannya dalam jumlah banyak? Dari Indonesia.. (hampir 90%).

Malaysia, juga mengekspor ikan hias laut ke Singapura. Darimana Malaysia mendapatkan ikan hias lautnya yang cantik-cantik?... dari Indonesia.

Jadi, Singapura menjadi pengekspor ikan hias terbesar di dunia, dengan ikannya adalah ikan Indonesia.

Pengimpor ikan hias terbesar di dunia adalah Amerika (US$ 39 juta), Jepang, Jerman, Inggris, dan Perancis. Kenapa kita ndak ekspor langsung ke sana aja ya?

Kenapa bisa begitu? karena Singapura dengan masyarakatnya yang cerdas mampu membangun sistem ekonomi, birokrasi, dan transportasi yang efisien. Mereka juga dengan ilmunya yang unggul, mampu "memperbaiki" ikan-ikan Indonesia (atau produk Indonesia apapun), sehingga ikan-ikan itu lebih segar, lebih sehat, dan mempunyai nilai yang tinggi di seluruh dunia.


Ilmu, ilmu, ilmu.


...




Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, data 2008.

Kenapa Singapura bisa jadi bangsa yang maju?

Lihat disini : Kemajuan Singapura, Bangsa Kecil Paling Sukses di Dunia.


Sunday, October 4, 2009

Inspirasi Mario Teguh



Mario Teguh. Aku + Tuhan = Cukup.

Minggu, 4 Oktober 2009
MetroTV, jam 7 malam ini.

Mari kita tonton rame-rame..

Friday, October 2, 2009

Bangga Jadi Orang Indonesia, "Indonesia dari Pandangan Seorang Singapore"

Esplanade, Singapura di malam hari

Saya baru menemukan cerita luar biasa ini di internet.

Sepertinya sudah lama beredar dan ternyata sudah sangat populer. Tidak ada yang tahu siapa yang menulis cerita ini, jadi penulisnya agak-agak misterius. Tapi ceritanya memang benar-benar menyentuh dan luar biasa, membuat kita kembali bangga jadi orang Indonesia. Membuat kita rindu kembali pada Indonesia. Selamat menikmati cerita ini.


Cerita seorang Backpacker Indonesia bersama seorang Singapore..


... Suatu pagi di Bandar Lampung,

kami menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak. Si bapak adalah pengusaha asal Singapura, dengan logat bicara gaya melayu, english, (atau singlish) beliau menceritakan pengalaman2 hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!".

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu.. "Indonesia doesn't need the world, but the world needs Indonesia", "Everything can be found here in Indonesia, u don't need the world", "Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !".

"Singapore is nothing, we cant be rich without Indonesia. 500.000 orang Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami, apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2 indonesia, ga peduli harga yang selangit, laku keras.

"Lihatlah rumah sakit kami, orang Indonesia semua yang berobat." "Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya, benar2 panik. sangat terasa, we are nothing."

"Kalian ga tau kan klo Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di Singapura dan Malaysia, kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras". "Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari malaysia.

Saya pernah ke Kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri".

"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo Indonesia?! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo.

Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah dari petani2 kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu kalian impor klo bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."



* * *

"Indonesia will rule the World"...

Ada yang tahu siapa penulis artikel ini?

Thursday, October 1, 2009

The Education Race : KOREA



Korea memiliki sistem pendidikan dan sekolah-sekolah terbaik di dunia. Dan disana, anak-anak sekolah dipersiapkan untuk mampu menembus kampus-kampus terbaik, tidak di Korea, tapi di Amerika, Harvard, Princeton, dan MIT..



THE EDUCATION RACE
Keeping Up With Korea.
NEWSWEEK, 9 Agustus 2008

Move over, Andover and Exeter. Two South Korean high schools score high on Ivy League acceptances.

Even as Visa restrictions have tightened in the United States since September 11, foreign students are still banging down the doors at American universities.

They now regularly represent more than 10 percent of students at elite schools, many of which have taken up campaigns to broaden their global appeal. And the overwhelming source of these new students?

Not the established European and American boarding schools that have always placed a respectable bloc of graduates into the best colleges. Instead, a new crop of prep schools is rising in other parts of the world, particularly South Korea.

In a Wall Street Journal survey last December, only two foreign schools ranked in the top 40 for best admission rates to eight leading American universities, including Harvard, Princeton and MIT. Both are in South Korea.

Minjok Leadership Academy, a 12-year-old high school located in a remote mountain village in South Korea, has a track record comparable to the best American prep schools. Of its 77 graduates who applied to American universities for this year, 25 were accepted into the Ivy League, 19 by UC Berkeley and 10 by New York University.

The remainder will attend Stanford and other leading institutions. Daewon Foreign Language High School in Seoul has a similar success rate. In 2000 it began to focus on foreign universities, and by the end of last year had sent 263 graduates to the top 50 U.S. universities. Last year alone, 36 got into Ivy League schools.

The secret to their success is an intensified version of a familiar routine. The Korean schools accept only the smartest kids—freshmen entering both Minjok and Daewon have grade-point averages in the top 3 percent nationwide—and wring them through a vigorous three-year program.

To improve SAT verbal and writing scores, they read 50 English-language books in that period. By the end, their command of the language is so good that they can write flawless essays and receive near-perfect scores. Daewon's average SAT score this year—2203 out of a possible 2400—is far higher than the 2085 from America's gold-standard prep school, Exeter (though only applicants to American schools take it).

Typically, students study well past midnight, sleeping four to five hours a night. The coed Korean schools also have tough rules on dating and other behaviors deemed distracting. Hand-holding is banned.

Both schools have unique teaching programs that combine Korean-style lectures with American-style discussions. They are designed to boost the biggest weakness of Korean students: creative thinking. "Our purpose is to nurture global, not Korean, leaders," says Yoon Jung Il, Minjok's principal. "To that end, we encourage students to take initiatives, rather than simply follow teachers' instructions."

Not that those teachers aren't worth following. At Minjok, the student-to-faculty ratio is 7 to 1—among the lowest in the country—and nearly half of its 60-plus teachers have doctorates. Annual tuition—about $5,000 for Daewon and $15,000 for Minjok—is meager compared with their Western counterparts (Exeter costs more than $36,000 per year), because the schools are subsidized by foundations.

Motivated by the success of Minjok and Daewon, more Korean schools are focusing on foreign universities, whose degrees are invaluable in Korea's competitive job market. Foreign-language high schools are growing in popularity because of their success rates in America. According to The New York Times, Harvard's foreign undergraduate population includes 37 Koreans—more than any other country except Canada and Britain.

Currently, Korean students represent the third largest foreign group in U.S. universities after Indians and Chinese, yet South Korea's population is less than 5 percent the size of those titans.

Left-leaning civic groups are challenging the push for higher scores and rigorous study programs. Teachers unions are against a government plan to increase the number of such schools, arguing they will produce studying machines instead of responsible citizens. Mindful of such criticism, Minjok and Daewon are paying closer attention to creating well-rounded students, encouraging more extracurricular activities and community service.

"We are not trying to produce bookworms," says Minjok's Yoon. "We are trying to raise autonomous and responsible citizens." But as long as the Ivy League remains their primary goal, dating will still be verboten.
© 2008