Monday, August 17, 2009

We were Once, A Great Nation


Presiden Sukarno bersama Presiden Amerika John F. Kennedy

Penyambutan khusus di Washington National Airport 1961.

Bersama pemimpin besar Kuba Fidel Castro, 1960.
Kebesaran nama Castro dan keberaniannya melawan Amerika tidak ada artinya apa-apa bila dibandingkan dengan kebesaran nama Sukarno di seluruh dunia.

Sukarno bersama pemimpin karismatis Sovyet, Nikita Khrushchev.
Khrushchev yang kalau berpidato selalu berapi-api hanya terdiam di belakang Sang Sukarno.

Dengan salahsatu pemimpin terbesar China, Chairman Mao, Mao Zedong.


Penyambutan Kenegaraan oleh Presiden Amerika Nixon.


Sukarno bersama Kaisar Hirohito dan Putra Mahkota Akihito di Imperial Palace Tokyo, 1958.
Dulu Jepang pernah menjajah Indonesia, tapi Indonesia lahir kembali menjadi bangsa yang jauh lebih besar dari kekaisaran Jepang.

Di depan Sidang umum PBB 30 September 1960.
Sukarno membacakan pidatonya yang legendaris dan menghantam segala bentuk imperialisme dan kolonialisme, "To Build the World A New". Sidang PBB ini bergemuruh dengan tepuk tangan dan sorak-sorai dari peserta.




Persidangan Landraad Bandung, Indonesia, 1930..
Revolusi besar Indonesia dimulai


"… maka rakyat kami (oleh kaum imperialis) dibikin rakyat yang ‘hidup kecil’ dan ‘nrima’, rendah pengetahuannya, lembek kemauannya, sedikit nafsu-nafsunya, padam kegagahannya, rakyat ‘kambing’ yang bodoh dan mati energinya.

Kami, kaum PNI, kami mencoba memberantas penyakit ini dengan mengadakan lebih banyak pendidikan rakyat, menyokong sekolah-sekolah rakyat, mengurangi buta huruf di kalangan rakyat.

Kami mencoba membangkit-bangkitkan dan membesar-besarkan kemauan rakyat akan nasib yang lebih memper-nasib manusia, menyalakan lebih banyak nafsu-nafsu di dalam kalbu rakyat. Kami berusaha menghidup-hidupkan lagi kegagahan rakyat, tenaga kemauan rakyat, energi rakyat sebagai sediakala, -rakyat yang kini ‘sudah mati kutunya itu’ …

Energi rakyat inilah salah satu urat saraf pembentukan kekuasaan kami, -salah satu urat saraf penolak daya imperialisme, tetapi terutama sekali ialah urat saraf pendorong rakyat ke depan."


Sukarno,"Indonesia Menggugat", 1930,
"Kontra Kemunduran, yakni Kontra Dekadensi Akal Budi."


2 comments:

narso wijaya said...

saya ga habis pikir kepada orang2 yg mau menjadikan suharto sebagai pahlawan....suharto adalah penjual negara...orang paling goblok sekalipun bisa memimpin ala suharto...yg penting menghalalkan segala cara demi mencapai kepentingan pribadi dan golonganya sementara negara hancur,tercerabut dari budayanya,hilang dari asal usulnya...yg penting dia dan golonganya bsa kaya raya....biarpun banyak pembangunan tapi nggak ada kebanggaan karena polanya adalah menjual negara hanya untuk makan...jadilah sekarang bangsa yg ketimpangan sosial antara sikaya(pejabat)dengan si miskin(rakyat)sangat2lah mencolok...

bubun said...

soekarno si singa podium itu adalah orang indonesia. jadi semakin cinta indonesia