Saturday, August 4, 2007

Manusia-manusia Unggul, dan Keunggulan Ekonomi



Semua Kebangkitan Besar ekonomi dunia. Kemajuan Eropa masa Renaissance, Revolusi Industri Inggris dan Amerika, Restorasi Meiji dan keajaiban ekonomi Jepang pasca Perang Dunia II, kemajuan Korea Selatan, Singapura, lalu kebangkitan ekonomi China dan India. Ada beberapa hal penting yang mungkin perlu dipikirkan kembali oleh para pakar ekonomi kita. Ini adalah beberapa pendapat para pemikir penting dunia.


"The Japanese have constructed a future oriented, people centered, dynamic form of capitalism which is demonstrably more successful than anything seen in America for the last twenty years. They have done this because they were smart, patient, they worked together, and they responded to the precious stimulus of adversity."
FRANK GIBNEY, Miracle By Design, Some Lessons for Americans (bag. kesimpulan), 1982, tentang keajaiban ekonomi Jepang.

"Sementara Amerika sibuk menciptakan pengacara, kami lebih sibuk menciptakan lulusan fakultas teknik... Jepang memproduksi 4 kali jumlah insinyur dibanding Amerika."
AKIO MORITA, Made In Japan, 1989.

"... the statistical techniques involved in statistical process control, which can be understood by most Japanese high school graduates, are mistery to many American college graduates."
MICHAEL PORTER, The Competitive Advantages of Nations, 1990, tentang kenapa Amerika bisa dikalahkan oleh Jepang.

"Britain declined because of growing disadvantages in each part of the "diamond." Most significant in my judgment have been weaknesses in human resources, low motivation, the lack of rivalry, and eroding demand condition."
The Competitive Advantage of Nations, The Slide of Britain, tentang kemunduran Inggris sejak pasca Perang Dunia II.

"If we are to remain preeminent in transforming knowledge into economic value, the U.S. system of higher education must remain -the world’s leader- in generating scientific and technological breakthroughs and in preparing workers to meet the evolving demands for skilled labor."
Chairman Federal Reserve, ALAN GREENSPAN, 2000, satu point yang berulang kali ditekankan oleh Greenspan (baca juga The Greenspan Effect)

"Saat ini di Cina, Bill Gates adalah Britney Spears. Di Amerika, Britney Spears adalah Britney Spears, dan itulah masalah kita."
THOMAS L. FRIEDMAN, The World is Flat, 2006, tentang kenapa China juga akan segera mengejar Amerika.

"An organization's ability to learn, and translate that learning into action rapidly, is the ultimate competitive advantage"
JACK WELCH, Mantan pemimpin GE, "The Manager of the Century"

"Poor country have economically backward populations in the sense that the quality of the people as productive agents are low... Particular manifestations of this are low labor efficiency, factor immobility, limited specialization in occupations and in trade, lack of entrepreneurship, economic ignorance, and a value structure and social structure that minimize the incentives for economic change."
MEIER, BALDWIN, "Economic Development" - Basic Characterisitic of Poor Country - Backwardness.


Bagaimana dengan sang Bapak Ekonomi Dunia?


"The difference between the most dissimilar characters, between a philosopher and a common street porter, for example, seems to arise not so much from nature, as from habit, custom, and education."
ADAM SMITH, The Wealth of Nations, Buku I, Bab 2. Adam Smith selalu menentang campur tangan pemerintah, tapi dia justru mendorong campur tangan pemerintah dalam satu bidang. Pendidikan.

"An instructed and intelligent people besides are always more decent and orderly than an ignorant and stupid one. They feel themselves, each individually, more respectable, and more likely to obtain the respect of their lawful superiors, and they are therefore more disposed to respect those superiors. They areless apt to be misled into any wanton or unnecessary opposition to the measures of government."
The Wealth of Nations, Buku V, Bab 1.

"Knowledge is Power"
FRANCIS BACON, salahsatu pencetus Revolusi besar Sains di Inggris yang berlanjut ke Revolusi Industri dan menjadikan Inggris bangsa penguasa dunia.

Beberapa tambahan dari keajaiban ekonomi Jepang,
dari sejak Restorasi Meiji dan setelah Perang Dunia II.


"Education, was a tool of the state to be used to turn out obedient, loyal, reliable subjects who could serve as the basis for the creation of a modern, powerful nation, second to none."
NICHOLAS HAIDUCEK, Japanese Education Made in USA.

"Tuhan tidak menciptakan manusia yang satu lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lainnya. Semua manusia pasti diciptakan sama... Yang membedakan nantinya antara yang pintar dan yang bodoh, pada hakikatnya semata–mata adalah pendidikan... Hanya orang–orang yang belajar dengan sebaik–baiknya sehingga ia memiliki pengetahuan yang hebat yang akan menjadi mulia dan sejahtera, sedangkan yang sebaliknya akan menjadi lemah dan serba berkekurangan."
YUKICHI FUKUZAWA, salahsatu tokoh besar Restorasi Meiji, saat kebangkitan Jepang dari bangsa terbelakang menjadi negara maju.

TIDAK ADA EKONOMI yang sukses dan stabil, selama manusianya tidak terbangun dengan baik. Bila manusianya unggul, bahkan walau sumberdaya lainnya nyaris tidak ada (SDA, Singapura, Jepang), bangsa itu bisa sangat kuat dan sejahtera. Manusia unggul = ekonomi unggul. Manusia terbelakang = ekonomi terbelakang. Adam Smith, Keynes, atau Greenspan, mereka semua pasti akan setuju pada yang satu ini. Sekali lagi perhatikan sejarah kemajuan Eropa masa Renaisans, Revolusi Industri Inggris, keajaiban Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, lalu kebangkitan China dan India sekarang.

Tapi bayangkan ini. Singapura yang begitu kecil dan tanpa sumberdaya alam saja bisa kaya raya. Bayangkan bila sebuah bangsa mempunyai ratusan juta manusia unggul, dan sekaligus alam yang sangat kaya (pertanyaan selanjutnya: "Apa Rahasia dari para Economic Superpowers?").

7 comments:

Anonymous said...

Dear Mas Eko,

Tahu tidak tentang skenario konspirasi iluminati dibalik setiap perang dan keruntuhan peradaban dunia?

Anonymous said...

Ya terang aja MAs....
Singapur itu walaupun negara kecil tanpa sda berarti, tapi kan besaranya seberapa c?
coba lihat jembrana....
kan kecil...
sedangakan kita wilayahnya besar, jadi butuh waktu lebih lama, lagipula klo tiap pemimpin bangsa ini terus menerus dikritk tanpa mau didukung sepenuhnya, ya kapan bisanya,,, kita harus percaya dulu sama pemimpin yang akan memimpin. singapur itukan negara sebesar jakarta. ato mungkin lebih kecil. jangan bandingkan indonesia dengan singapur......

Eko Laksono said...

Saya setuju dengan anda, karena memang mengelola sebuah bangsa yang lebih kecil biasanya relatif lebih simpel, dan juga bahwa sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia pastinya akan memerlukan waktu yang lebih untuk belajar.
Saya juga setuju bahwa semua pemimpin yang sudah dipilih secara demokratis perlu diberi kesempatan, bahkan kesempatan untuk belajar dan melakukan kesalahan.
Saya kira konteksnya disini adalah bahwa Singapura adalah salahsatu bangsa tersukses di dunia, dan banyak yang kita bisa pelajari dari mereka. Kita juga bisa belajar dari Cina, yang bahkan jauh lebih besar dari kita. Cina tentu juga memerlukan waktu untuk bangkit, tapi mereka telah menemukan caranya untuk sukses. Dan yang kita perlu lakukan sekarang adalah belajar dari kesuksesan mereka. Trims ya atas sumbangan pemikirannya.

Eko Laksono said...

Illuminati? Wah saya senang juga tuh sama cerita-cerita konspirasi karena asyik mendengarnya, kreatif dan sangat imajinatif. Kalo soal percaya sih ngga terlalu, tapi sekadar buat fun saja. Cerita Illuminati di Angels and Demons-nya Dan Brown juga bagus tuh. Trims ya sudah mampir.

Anonymous said...

Tapi Mas Eko, China dan Singapur atau India itu, terdiri dari tidak terlalu banyak suku bangsa yang variasinya, seperti Indonesia
tetap saja tak bisa disamakan.
Pemimpin CHina atau India atau Singapur atau presiden US sekalipun belum tentu bisa memimpin INdonesia yang terlalu berwarna ini

Anonymous said...

memang benar, dan justru itulah kehebatan bangsa kita, kehebatan para bapak bangsa kita. dalam banyak hal kita lebih dahsyat dari Amerika, China, dan India. Dan untuk bangkit menjadi bangsa besar, ada yang jauh lebih penting dari masalah geografis, sosiologis atau demografis, yaitu kemauan yang sungguh-sungguh dari bangsa itu untuk belajar, berjuang dan berkorban. silakan pelajari tentang renaissans barat, restorasi meiji di jepang, juga kemajuan China dan Korea Selatan di blog ini. Trims banget, EL.

Anonymous said...

sip