Friday, June 26, 2009

Menembus Pandang ke Tahun 2030



Menembus Pandang ke Tahun 2030
Rikard Bagun, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas.


Sosok tahun 2030, apalagi tahun 2050
,
belum tersingkap jelas, tetapi sejumlah negara tampak bergegas melakukan antisipasi. Ada apa dengan tahun 2030 atau tahun 2050?

Dengan mengandalkan ketajaman imajinasi dan visi, perkembangan dan tingkat kemajuan tahun 2030 atau tahun 2050 mulai diproyeksikan secara meyakinkan. Gambaran tentang perkembangan dan kemajuan tahun 2030 atau tahun 2050 sebenarnya belum jelas.
Makna angka 2030 atau 2050 secara matematis mungkin tidak terlalu penting lagi.

Jauh lebih penting sebenarnya bagaimana bangsa-bangsa di dunia mulai mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan satu generasi ke depan, yang diproyeksikan sampai tahun 2030.

Imajinasi dan visi tentang perkembangan tahun itu telah memengaruhi dan membentuk pikiran, perilaku, dan pergulatan berbagai bangsa di dunia terhadap masa depan yang menjanjikan perubahan besar.

Dari balik rongga gelap ketidakjelasan tahun 2030, seakan muncul kekuatan magnetik luar biasa yang menggerakkan pikiran, perhatian, perasaan, dan tindakan banyak bangsa. Banyak negara dan bangsa seolah dibuat gelisah, seolah tidak sabar menunggu datangnya era baru dalam satu generasi mendatang.

Bagaimanakah sesungguhnya realitas dunia tahun 2030, yang menggetarkan dan mengerakkan banyak bangsa? Lebih khusus lagi, bagaimanakah nasib bangsa Indonesia pada tahun itu?

Tanda-tanda perkembangan tahun 2030 atau tahun 2050 bagi banyak negara sudah mulai dirasakan sekarang ini. Tidaklah mengherankan, sejumlah negara tergerak memacu percepatan kemajuannya, berlari tunggang langgang, meraih kemajuan di dunia yang digambarkan semakin datar, the world is flat.

Tanpa membiarkan mata terpejam sedikit pun, konsentrasi diarahkan ke depan untuk menatap tujuan hidup yang lebih baik, yang menjamin kesejahteraan hidup, kemerdekaan individu, perlindungan hak asasi dan demokrasi. Tidak sedikit bangsa gamang menghadapi tantangan dalam menggapai masa depan yang lebih baik, tetapi lebih rumit.

Modal persiapan

Sejumlah negara dinilai telah memiliki modal dan pijakan kuat untuk menggapai kemajuan tahun 2030 atau tahun 2050. China, misalnya, disebut-sebut akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di dunia pada tahun 2050.

Kepemimpinan yang kuat dan berwibawa, ditambah etos kerja yang tinggi, telah mendorong China melesat maju. Angka-angka pertumbuhan ekonomi sangat menggiurkan dari tahun ke tahun, lebih-lebih dalam tiga dasawarsa terakhir.

Sodokan kemajuan ekonomi China diperkirakan akan menggeser posisi AS ke posisi kedua, sementara India menikung mengambil posisi ketiga. Uni Eropa akan berada di urutan keempat dan Jepang pada posisi kelima.

Berbagai ramalan menyebutkan China akan kedodoran, tetapi lebih banyak orang berkeyakinan tentang kembalinya kejayaan ekonomi China yang pernah diraih di abad ke-19.

Keberadaan dunia tahun 2030 digambarkan akan ditandai oleh perkembangan teknologi luar biasa. Perekonomian akan dipengaruhi oleh teknologi informasi, teknologi material, genetika, dan teknologi energi.

Perkembangan luar biasa ini dipicu oleh nanoteknologi, teknologi yang berbasis nano. Satuan nano sangatlah kecil. Satu nanometer sama dengan seperlima puluh ribu (1/50.000) tebal rambut.

Sekalipun ukurannya sangatlah kecil, kemampuan nanoteknologi sangat dahsyat seperti dapat mengutak-atik molekul untuk memperoleh produk baru yang mengubah dunia.
Peran besar yang diambil alih oleh teknologi berbasis nano cenderung meningkat tajam.

Nanoteknologi diperkirakan akan menguasai dunia mulai tahun 2013.
Penggunaan teknologi berbasis nano akan memecahkan berbagai persoalan kemanusiaan seperti dalam bidang kesehatan dan pangan. Bahkan diramalkan, persoalan pangan tidak akan menjadi masalah lagi. Orang boleh makan apa saja, tidak khawatir sakit. Penyakit turunan disembuhkan. Orang buta melihat, dan orang tuli mendengar.

Hanya bangsa dan negara yang memiliki kemampuan menguasai teknologi tinggi dan canggih akan mengambil manfaat. Bangsa-bangsa yang tidak mampu mengantisipasi akan terus terpuruk, tetap berada di pinggiran dari panggung dunia yang menghadirkan kemajuan.
Pada lapisan yang lebih dalam sangat diperlukan sumber daya manusia yang andal, yang mampu menguasai perkembangan dan kemajuan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan manusia.

Arah perkembangan kemajuan setiap bangsa akan sangat tergantung pada kemampuan menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan andal. Maka bisa terjadi, negara yang sudah maju akan bertambah maju, atau sebaliknya. Negara yang tidak maju bisa menjadi maju, atau malah semakin terpuruk.

Sejarah memperlihatkan, banyak negara yang kejayaannya meredup bahkan hancur seperti dalam kasus Imperium Roma, Inca dan Aztek, atau Ottoman Turki.

Juga dapat dijadikan ilustrasi, Kamboja tahun 1200 termasuk negara kaya di dunia. Tahun 1500, Peru dan Meksiko mencengangkan. Tahun 1960-an, Lebanon dianggap Swiss-nya Timur Tengah dan Uganda Swiss-nya Afrika. Sekarang, ke mana mereka?

Tahun 1800, Amerika Serikat lebih miskin daripada Kuba dan Argentina, tetapi AS kini menjadi begitu kaya. Kenapa? Tahun 1960-an Jepang adalah negara miskin, dan barang-barang bikinannya sangat dihina. Namun, kini semua mengakui Jepang sebagai negara hebat. Mengapa?

Jawabannya, negara-negara itu sangat memerhatikan dan mengoptimalkan kemampuan sumber daya manusia. Negara yang kurang memerhatikan pengembangan sumber daya manusia melalui proses pendidikan yang baik akan mudah kedodoran.

Ketajaman pikiran dan analisis sebagai salah satu hasil pendidikan akan mendorong penguatan visi yang berjangkauan jauh ke depan sampai ke tahun 2030, bahkan ke tahun 2050.
Dalam menghadapi tantangan masa depan itu, orang tidak cukup lagi hanya masuk ke dalam, melihat kemampuan diri, tetapi juga menengok ke luar dengan memerhatikan kekuatan bangsa-bangsa lain. Kompetisi tidak terhindarkan.

Pergerakan ke depan akan berlangsung dalam semangat kompetisi tinggi. Pasti ada yang terempas dan tak sampai. Bangsa yang kehilangan gairah akan kehabisan tenaga dan akan tertinggal jauh di belakang.

Bangsa-bangsa yang hidup dari oportunitas kekinian dan berpikiran pendek dengan mengandalkan the art of the possible belaka akan cepat kehilangan napas menghadapi perjalanan jauh ke depan.

Maka, yang diperlukan imajinasi dan visi yang kuat ke masa depan, yang harus diikat dalam komitmen kerja sebagai agenda yang konkret dan jelas. Tidak kalah pentingnya peran pemimpin dan kepemimpinan, yang memberikan arahan dan kawalan terhadap proses perubahan agar masa depan lebih baik ketimbang masa kini.

Namun, jelas pula, pilihan-pilihan besar dan strategis tidaklah muncul dari ketajaman pikiran para politisi, melainkan dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan menguasai pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia dapat melangkah maju bersama bangsa-bangsa lain.

Apa pun tantangannya, Indonesia tidak bisa melangkah mundur lagi atau kembali ke masa lampau karena harus menemukan solusi baru dalam mengatasi berbagai persoalan masa depan.

Tentu saja Indonesia belum kehabisan seluruh potensinya untuk melakukan perbaikan dan perubahan. Sejarah telah memberikan sejumlah tugas khusus kepada bangsa dan negara Indonesia untuk melakukan transformasi yang berjangkauan jauh ke depan.



3 comments:

Anonymous said...

sampai dengan tahun 2060 pun indonesia tidak ada perubahan sama seperti tahun 2006

Anonymous said...

indonesia tahun 2060 malah lebih parah dari tahun 2006

Kaos Penggugah Patriotisme! said...

pantang pesimis untuk Indonesia

jika terget 2030 udh ditetapkan, ayo smua elemen Indonesia, masyarakat jg bergerak!

ini bkn cuma tgs pemerintah. yg berkepentingan Indonesia maju itu sluruh rakyat Indonesia!